Selasa, 08 Desember 2015

Fungsi Bahasa

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Bahasa indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll.
Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi. Misalkan saja pidato pesiden, pidato dari ketua OSIS, ataupun pidato dari pembina upacara. Sistematika dalam pidato pun hendaklah dipahami betul-betul. Agar pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah yang benar. Pidato sama halnya denan cermah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang keagamaan.kalau pidato lebih umum dan bisa digunakan dalam banyak acara.



















BAB II
PEMBAHASAN
2.1. FUNGSI BAHASA
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Tujuan dari bahasa itu sendiri adalah menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain.Melalui bahasa,manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat,tingkah laku,tata krama masyarakat,dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi,berkomunikasi,dan alat untuk mengadakan integrasi-interaktif dan adaptasi sosial.Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari,mewujudkan seni (sastra),mempelajari naskah-naskah kuno,dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,bahasa Indonesia berfungsi sebagai,(1) lambang kebanggaan nasional,(2) lambang identitas nasional,(3) alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya,dan (4) alat perhubungan antarbudaya antardaerah.Sebagai lambang kebanggaan nasional,bahasa Indonesia ‘memancarkan’ nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia.Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia,kita harus bangga dengannya,kita harus menjunjungnya,dan kita harus mempertahankannya.Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia,kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri,malu,dan acuh tak acuh.Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
Sebagai lambang identitas nasional,bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’ bangsa Indonesia.Ini beratri,dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita,yaitu sifat,perangai,dan watak kita sebagai bangsa Indonesia.Karena fungsinya yang demikian itu,maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya.Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan,cita-cita,dan rasa nasib yang sama.Dengan bahasa Indonesia,
bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya,sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain.
Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia,identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing.Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun.
Bahkan,bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
Dengan fungsi keempat,bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda,mungkinkah kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi? Bagaimana cara kita seandainya kita tersesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak mengenal bahasa Indonesia? Bahasa Indonesialah yang dapat menanggulangi semuanya itu.Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan.Bagi pemerintah,segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi,politik,ekonomi,sosial,budaya,pertahanan,dan kemanan (disingkat: ipoleksosbudhankam) mudah diinformasikan kepada warganya.Akhirnya,apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.
2.2.RAGAM BAHASA
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan.
2.2.1.  Ragam Bahasa Berdasarkan Media/Sarana
a.     Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Sehingga maksud seseorang bisa dilihat dari gaya dia berbicara
Contoh yang termasuk ke dalam ragam bahasa lisan pun sangat banyak, diantaranya pidato, ceramah, sambutan, ngobrol, dll. Semua itu sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah. Syarat utama dari ngobrol yang penting bisa dimengerti oleh lawan bicara, tidak perlu menggunakan bahasa baku.
Salah satu contoh ragam bahsa lisan adalah pidato. Bahasa yang dipakai daam membawakan pidato pada umumnya adalah bahsa resmi atau bahasa baku.
“Hadirin sekalian yang saya muliakan,  
Hari Suci Waisak, sangat penting dan istimewa bagi umat Buddha karena Hari Suci Waisak dapat menjadi momentum bagi umat Buddha, untuk merenungkan kembali nilai-nilai luhur ajaran Sang Buddha. Sidharta Buddha Gautama, telah mengajarkan   nilai-nilai universal, falsafah kehidupan yang mendalam dan pencerahan tentang  hakikat, makna, dan tujuan kehidupan bagi umat Buddha. Buddha Gautama juga telah menunjukkan keteladanan kepada umatnya dalam menebarkan benih- benih kebajikan sikap yang tidak pernah menyerah pada hawa nafsu dan godaan duniawi serta pencapaian ke-Buddha-an yang hakiki. “
Ceramah adalah pesan yang bertujuan memberikan nasehat dan petunjuk-petunjuk sementara ada audiens yang bertindak sebagai pendengar.sedangkan
Umum adalah keseluruhan umtuk siapa saja, khlayak ramai, masyrakat luas, atau lazim. Jadi ceramah umum adalah pidato yang bertujuan untuk memberikan nasehat kepada khalayak umum atau maysrakat luas.Didalam ceramah umum ini keseluruhannya bersifat menyeluruh tidak ada batasan-batasan apapun baik dari audiens yang tua muapun muda,materinya juga tidak ditentukan sesuai dengan acara.”
Tabel contoh ragam bahsa lisan dan tulisan
Ragam Bahasa Lisan
Ragam Bahasa Tulis
Faisal bilang kita harus pulang
Faisal mengatakan bahwa kita harus pulang
Ayah lagi baca koran
Ayah sedang membaca koran
Mia tinggal di Tasikmalaya
Mia bertempat tinggal di Tasikmalaya
Pada kutipan pertama suda jelas bahwa itu bagian dari teks pidato, dan pidato termasuk ke dalam ragam bahsa lisan. Dikatakan termasuk ragam bahasa lisan karea diucapkan secara lisan. Dalam penggunaanya kita wajib memperhatikan sistematikanya, karena digunakan dalam acara resmi.
Ceramah juga termasuk ke dalam ragam bahasa lisan. Karena menurut Ismail, ceramah itu memberikan nasehat. Secara otomatis nasehat itu disampaikan secara lisan, sehingga termasuk ragam bahasa lisan.
Membedakan ragam bahsa lisan dan tulisan sangat mudah. Dalam tabel diatas, sangat terlihat sekali perbedaan antara ragam bahsa lisan dan tulisan. Setelah dianalisis, ragam bahsa lisan yang sering kita gunakan sehari-hari misalkan dalam bercakap-cakap dengan teman tidak memerlukan kata-kata  baku. Sedangkan dalam ragam bahasa tulis perlu memperhatikan susunan penulisannya.
b.   Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalam ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1)      Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
2)      Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
3)      Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan
4)      Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.
2.2.2.  Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
2.2.3.  Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/dialek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan “b” pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan “t” seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
2.2.4.   Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing,misalnya fitnah,kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, “nyari” seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.


2.2.5.      Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam:
1)      pembicaraan di muka umum,misalnya pidato kenegaraan,seminar,rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran;
2)      pembicaraan dengan orang yang dihormati,misalnya dengan atasan,dengan guru/dosen,dengan pejabat;
3)      komunikasi resmi,misalnya surat dinas,surat lamaran pekerjaan,undang-undang;
4)      wacana teknis,misalnya laporan penelitian,makalah,tesis,disertasi.
2.2.6.  Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan.Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda.Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran,hukum,atau pers.Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik,berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan,olahraga,seni,atau teknologi.Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama; koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran; improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni; pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hukum; pemanasan, peregangan, wasit digunakan dalam lingkungan olah raga. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran/majalah, dll. Contoh kalimat yang digunakan dalam undang-undang.
































BAB III
  PENUTUP
3.1. Simpulan
Ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis bisa dibedakan dengan meihat cara penulisannya. Jika dalam kehidupan sehari-hari, ragam bahsa tulis perlu memperhatikan kaedah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sdangkan dalam ragam bahsa lisan tidak perlu. Secara jelas ragam bahasa lisan adalah sesuatu yang disampaikan secara lisan, sedangkan ragam bahasa tulis merupakan sesuatu yang disampaikan melalui tulisan.
3.2. Saran
Kami menyarankan kepada Anda yang membaca makalah ini agar dapat mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan tepat.kita seharusnya bangga memiliki sebuah bahasa yang bisa mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia yang bermacam-macam,dari yang kecil sampai yang tua,dari kota sampai kepelosok negeri ini.jadi kita harus pertahankan bahasa Indonesia dan jika bisa kita kembangkan sampai ke mancanegara.




















DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Diknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Panduan Kongres Bahasa Indonesia VIII. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar