BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Saat
ini kayu yang berkualitas semakin sulit diperoleh di pasaran, sehingga perlu
dicari bahan lain sebagai penggantinya. Bambu cepat tumbuh adalah salah satu
jenis yang dapat digunakan, karena selain mempunyai masa panen hanya 3 sampai 5
tahun, potensinya pun cukup besar di beberapa daerah dan bersifat renewable
serta sangat sesuai dengan kebutuhan industri. Beberapa aspek sifat bambu lebih
baik daripada kayu, tetapi bambu memiliki kekurangan untuk digunakan sebagai
bahan konstruksi secara langsung. Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan
untuk dapat mengolah bahan bambu menjadi balok mirip kayu dengan kekuatan yang
tinggi. Pengembangan pembuatan balok bambu dilakukan dengan bantuan pelatihan
produksi, sehingga dapat dibuat unit produksi dan dapat dilakukan dengan skala
UKM.
Hasil
penelitian Balai Bahan Bangunan – Puslitbang Permukiman pada tahun anggaran
2007 menunjukkan bahwa, dengan menggunakan perekat resin (cara pres panas atau
dingin) atau semen, dapat dihasilkan suatu suatu bahan bangunan komposit yang
mempunyai kekuatan tinggi sehingga dapat menandingi kekuatan kayu. Produk dari
hasil penelitian ini dapat berupa panel eksterior dan interior dengan berbagai
bentuk untuk konstruksi bangunan seperti, dinding, langit-langit serta penutup
atap, atau yang digunakan sebagai bahan furniture dengan memenuhi persyaratan
yang diperlukan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. BAMBU
Bambu
sudah sejak lama dikenal sebagai bahan bangunan. Pada daerah-daerah pedesaan
bambu banyak digunakan penduduk untuk membuat rumah tinggal. Konstruksi dari
bambu banyak digunakan di pedesaan karena mempunyai beberapa kelebihan, yaitu :
bambu mudah didapat dan harganya murah, dapat dikerjakan dengan alat-alat
sederhana, pertumbuhannya cepat.
2.1.1.
JENIS-JENIS BAMBU, SIKLUS HIDUP, ANATOMI BAMBU
a.
Siklus Hidup Bambu
Bambu
merupakan jenis tanaman yang tumbuh di daerah tropis dan sub tropis. Bambu
biasanya dapat hidup dan tersebar di daerah Asia Pasifik, Afrika dan Amerika
(pada garis 46 º LU sampai 47º LS). Bambu dapat tumbuh dengan baik di daerah
yang beriklim lembab dan panas. Bambu termasuk tumbuhan jenis graminae (suku
rumput-rumputan) yang mempunyai ciri-ciri berdaun tunggal, berbentuk pita yang
tersusun berselang seling pada rantingnya, batang beruas-ruas, berakar serabut
dan mempunyai rimpang. Bambu tumbuh dimulai dari tunas yang berasal dari disarm
batang yang sudah tua. Tunas ini tumbuh secara perlahan pada awalnya, kemudian
tumbuh cepat pada musim hujan sampai mencapai ½ dari tingginya. Bambu mengalami
masa pertumbuhan yang cepat selama 4 sampai 6 bulan. Segera setelah tinggi
maksimum tercapai, terjadi pengkayuan ranting (terbentuknya batang bambu) yang
berlangsung selama 2 sampai 3 tahun. Batang bambu akan masak setelah berumur 6
sampai 9 tahun. Dalam pertumbuhannya, bambu belum diusahakan secara perkebunan,
tapi tumbuhnya msih dibiarkan secara liar di pekarangan maupun di hutan. Di
daerah pedesaan, biasanya bambu ditanam hanya untuk keperluan membuat kerajinan
rumah tangga atau untuk membuat rumah-rumah sederhana. Untuk mengembangkan
bambu biasanya digunakan bibit berupa stek. Pengembangbiakan bambu dengan biji
tidak efisien karena membutuhkan waktu yang lama. Stek yang dipakai dapat
diambil dari tiga bagian kayu, yaitu :
·
stek dari batang, Stek ini
yang paling sering digunakan. Caranya yaitu dengan jalan memotong bamboo pada
pangkal dekat akar kemudian diambil ke atas sekitar satu atau dua ruas yang ada
kuncup tidurnya. Sisanya di atas dapat dipotong-potong lagi
mempunyai orientasi aksial dan tidak memiliki sel radial. Bagian
luar terdiri dari satu sel epidermis dan bagian dalam terdiri dari sel-sel
sklerenkim. Struktur melintang hanya diisi oleh ikatan-ikatan pembuluh. Secara
keseluruhan
·
dinding bambu tersusun oleh
50 % jaringan parenkim, 40 % sel-sel serabut, 10 % pembuluh tapis dan ikatan
pembuluh. Unsur utama penyusun batang bambu adalah selulosadan minimum harus
terdapat dua mata tidurnya. Yang perlu diperhatikan adalah bamboo yang distek
adalah bamboo yang masih muda kira-kira berumur satu tahun.
·
stek dari cabang, didapat
dengan jalan memotongi ruas bamboo yang telah tumbuh cabangnya, kemudian cabang
dipotong bagian atasnya dihilangkan daunnya dan ranting-ranting kecil lainnya.
·
stek dari bonggol akar,
didapat dengan jalan membongkar bonggol-bonggol bambu dari bamboo yang baru
dipotong, kemudian bonggol itu dipisahkan satu sama lainnya. Stek bonggol ini
juga yang sering dilaksanakan karena lebih kuat daya tumbuhnya.
Agar didapatkan hasil pertumbuhan yang baik maka harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
·
Batang, cabang dan bonggol
yang distek diambil dari bamboo yang baru dipotong.
·
Sebelum ditanam, disemaikan
dulu sampai keluar akarnya. Penyemaiannya harus di tempat yang teduh dan harus
selalu disiram air.
·
Penanamannya sebaiknya pada
musim penghujan karena stek-stek tersebut mudah mati bila kekurangan
air.Penanamannya sebaiknya dibuat condong dan dengan kedalaman penanaman lebih
kurang 10 cm.
·
Penanamannya diusahakan di
tempat yang teduh agar terhindar dari terik matahari langsung, sehingga tidak
mudah layu.
b. Anatomi Bambu
Batang bambu terdiri dari ruas (nodia) dan buku (internodia).
Sel-sel batang, hemisellulosa, lignin dan unsure tambahan seperti resin,
tannin, lilin dan garam-garam anorganik. Komposisi masing-masing unsure
tergantung dari spesies, kondisi pertumbuhan, umur bamboo dan bagian batang.
Selama masa pertumbuhan pada tahun pertama sejak dari tunas, proporsi lignin
dan karbohidrat tidak tertentu tetapi setelah melewati masa tersebut komposisi
kimia bambu cenderung tetap. Pada musim penghujan kandungan pati pada bambu
lebih tinggi daripada pada musim kemarau.
c. Jenis-jenis Bambu
Bambu merupakan jenis tanaman graminae (golongan rumput-rumputan).
Jenis bamboo di seluruh dunia ada 600 jenis. 31 jenis bamboo terdapat di pulau
Jawa, sedangkan jenis bamboo yang dapat digunakan untuk bahan bangunan ada 10
jenis. Adapun jenis-jenis bamboo yang dapat digunakan untuk bahan bangunan
adalah :
·
Bambu Ater, bamboo ini
mempunyai warna buluh hijau tua. Tingginya dapat mencapai 15 meter dan banyak
tumbuh di P. Jawa terutama di dataran-dataran rendah. Kegunaan bamboo ini
antara lain : untuk pipa air, dinding rumah, pagar, alat musik dan alat-alat
rumah tangga.
·
Bambu Petung. Tinggi batang
bamboo ini dapat mencapai 20 meter, dengan garis tengah buluh sampai 20 cm dan
panjang ruasnya 40-60 cm. Tebal dinding buluh 1-1,5 cm. Warnanya coklat muda
keputih-putihan. Biasanya digunakan untuk bahan bangunan.
·
Bambu Duri. Tinggi buluhnya
sampai 20 m dengan garis tengah buluhnya 10 cm. Biasanya berwarna hitam dan
banyak tumbuh di Jawa Timur. Tumbuhnya rapat dan banyak cabangnya. Biasanya
digunakan sebagai bahan bangunan, anyaman dan bahan pembuatan kertas.
·
Bambu Duri Ori. Bambu ini
hamper sama dengan bamboo duri, bedanya cabang-cabangnya lebih renggang,
warnanya gelap. Kegunaannya adalah untuk bahan banguanan, anyaman dan bahan
pembuatan kertas.
·
Bambu Gombong. Bambu ini
berwarna hijau kekuning-kuningan. Tinggi buluhnya mencapai 20 meter dengan
diameter 10 cm. Biasanya digunakan untuk bahan bangunan dan kerajinan.
·
Bambu Sembilang. Tinggi
buluhnya mencapai 30 meter dengan garis tengah 18 – 25 cm. panjang ruasnya 25 –
50 cm dengan tebal dinding buluh sampai 2,5 cm. Bambu ini dapat digunakan untuk
berbagai macam keperluan bangunan baik bangunan air maupun bangunan gedung.
·
Bambu Talang. Bambu ini batangnya
tegak dengan tinggi mencapai 15 m. Panjang ruas maksimum 50 cm, dengan garis
tengah 8-10 cm. Warna buluhnya hijau muda, hijau tua dan kuning
·
Bambu tutul. Tinggi buluh
mencapai 12 meter, warnanya hijau pada saat bambu masih muda dan sering kali bergaris-garis
kuning sejajar dengan buluhnya. Ketika dewasa muncul warna tutul coklat.
Diameter buluhnya mencapai 10 cm. Bambu ini digunakan sebagai bahan dinding,
alat-alat rumah tangga, kursi, hiasan dinding , tirai, dll.
·
Bambu balcoa. Berasal dari
India, dengan tinggi buluhnya mencapai 20 meter. Warna buluhnya putih. Biasanya
digunakan untuk tiang-tiang rumah, jembatan, atau turap.
·
Bambu plymorpha. Berasal
dari Burma dengan tinggi buluh mencapai 30 meter, garis tengah 15 cm. Warna
buluhnya hijau muda sampai hijau tua. Biasanya digunakan untuk konstruksi rumah
dan jembatan.
2.1.2. SIFAT FISIK DAN MEKANIS BAMBU
Sifat Fisik Bambu
Bambu mempunyai sifat-sifat fisik sebagai berikut :
1. Pada proses pengeringan bambu yang belum dewasa sering retak
dan mengisut.
2.
Bagian dalam batang bambu biasanya lebih banyak mengandung kadar lengas (aur
bebas) daripada bagian batang yang luar.
3.
Buku-buku (knots) mengandung ± 10 % lebih sedikit air daripada ruas-ruas.
4.
Menyerap banyak air sampai 300 %.
5.
Bambu tidak dapat dipercaya bila diguanakan sebagai tulangan pada beton, karena
bambu pada saat pengeringan menyusut, volumenya menurun sehingga lekatan dengan
betonnya longgar.
6. Bambu pada umumnya tidak awet sehingga perlu dilakukan
pengawetan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Adapun data-data teknis mengenai sifat fisik bambu hasil
penelitian adalah :
1.
Penyusutan bambu yang ditebang pada musim hujan sampai keadaan kering udara
adalah pada arah longitudinal sebesar 0,2 – 0,5 %, arah tangensial sebesar 10 –
20 % dan arah radial sebesar 15 – 30 %.
2.
Berat jenis bambu kering udara adalah 0,60 – 1
3. Kuat lekat antara bambu kering dengan beton berkisar antara 2 –
4 kg/cm2.
Sifat-sifat mekanik bambu adalah sebagai berikut :
1.
Tegangan tarik 600 – 4000 kg/cm2
2.
Tegangan tekan 250 – 600 kg/cm2
3.
Tegangan lentur 700 – 3000 kg/cm2
4. Modulus elastisitas 100.000 – 300000 kg/cm2
Bambu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1.
Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau tua dalam hal terakhir
berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan permukaan yang
mengkilap. Di tempat buku tidak boleh pecah.
2.
Bambu yang telah direndam dalam air harus berwarna pucit tidak kuning, hijau
atau hitam dan berbau asam yan khas, sedangkan bila dibelah di bagian dalam
dari ruas tidak boleh terdapat rambut dalam yang baisanya terdapat pada bambu
yang belum direndam.
3. Bambu untuk pelupuh dan barang anyaman seperti bilih, gendak,
dll harus telah direndam dengan baik. Barang anyaman yang harus tahan lama
harus
terbuat dari bambu dari jenis bambu yang terbaik dengan garis
tengah minimum 4 cm dan harus terbuat dari bagian kulit dari bambu.
2.1.3. PEMANFAATAN BAMBU
Penanganan
Pasca Panen dan Pengolahan
Keawetan
bambu cepat menurun kualitasnya karena kadar air yang masih tinggi dan besarnya
kandungan pati di dalam buluh. Bambu langsung ditaruh di tempat terbuka dan
berhubungan dengan tanah keawetannya 1-3 tahun, tetapi dapat bertahan sampai 7
tahun apabila mengalami keawetan. Caranya adalah :
a.
Perendaman buluh dalam air dapat mengurangi kadar pati dan lebih awet
b.
Membiarkan buluh tetap ada cabang dan daunnya untuk beberapa hari agar pati
yang ada dimanfaatkan untuk metabolisme, sehingga kadar pati di buluh berkurang
dan buluh akan menjadi lebih awet
c.
Pengasapan dan pemanasan dengan tujuan mengusir hama, merusak pati dan
menghasilkan racun yang berakibat buluh bambu lebih awet
d.
Penutupan pori buluh dan pengapuran untuk mencegah hama dan penyakit yang masuk
dan merusak buluh
e.
Menurunkan kadar air buluh bambu dan menyimpan di ruang kering dapat mencegah
pertumbuhan jamur dan serangga perusak
f.
Pengawetan dengan bahan kimiawi, lebih efektif tetapi lebih mahal
g.
Buluh di panen pada musim kemarau lebih awet dari musim hujan
Bambu
sampai saat ini sudah dimanfaatkan sangat luas di masyarakat mulai dari
penggunaan teknologi yang paling sederhana sampai pemanfaatan teknologi tinggi
pada skala industri. Pemanfaatan di masyarakat umumnya untuk kebutuhan rumah
tangga dan dengan teknologi sederhana, sedangkan untuk industri biasanya
ditujukan untuk orientasi eksport.
1. Bambu Lapis
Seperti
halnya kayu diolah menjadi kayu lapis maka bambu juga digunakan sebagai bahan
baku kayu lapis. Berbagai macam produk bambu lapis dibuat baik dari sayatan
bambu maupun pelepuh bambunya. Jenis yang umum dipakai untuk bambu lapis adalah
bambu tali (Gigantocloa apus). Kadang-kadang bambu lapis ini dicampur dengan
veneer kayu meranti untuk lapisan dalamnya, atau sebaliknya lapisan luarnya
berupa veneer kayu
2. Bambu Lamina
Bambu
lamina adalah produk olahan bambu dengan cara merekatkan potongan-potongan
dalam panjang tertentu menjadi beberapa lapis yang selanjutnya dijadikan papan
atau bentuk tiang. Lapisannya umumnya 2-5 lapis. Banyaknya lapisan tergantung
ketebalan yang diinginkan dan penggunaannya. Kualitas bambu lamina ini sangat
ditentukan oleh bahan perekatnya. Dengan bahan perekat yang baik maka kekuatan
bambu lamina dapat disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas III.
3. Papan Semen
Papan
semen bambu terbuat dari bambu, semen dan air kapur. Bambu terlebih dahulu
diserut, kemudian direndamkan dalam air selama dua hari. Selanjutnya dicampur
ketiga bahan tersebut dan kemudian dibentuk papan pada suhu 56 0C dengan waktu
selama 9 jam.
4. Arang bambu
Pembuatan
arang dari bambu dilakukan dengan cara destilasi kering dan cara timbun skala
semi pilot. Bambu yang sudah dicobakan adalah bambu tali, bambu ater, bambu
andong dan bambu betung. Nilai kalor arangnya rata-rata 6602 kal/gr, dan yang
paling baik dijadikan arang adalah bambu ater dimana sifat arangn yang
dihasilkan relatif sama dengan sifat arang dari kayu bakau.
5. Pulp
Pabrik
kertas sangat potensial dalam memanfaatkan bambu sebagai bahan kertas. Cara
pembuatan bahan kertas dari bambu mula-mula bambu dipotong dan diserpih dengan
ukuran 25 mm x 25 mm x 1 mm. Dengan tekanan dan suhu tertentu serpihan bambu
tersebut dimasak selama 1,5 jam. Kemudian pulp dicuci dan disaring. Kemudian
pulp diurai dengan pengaduk 3-4 jam. Hasil uraian disaring, dicuci dan
diputihkan. Setelah dicuci pulp dibuat lembaran sebagai bahn pembuat kertas.
Bambu
memiliki kandungan selulosa yang sangat cocok untuk dijadikan bahan kertas dan
rayon. Pemanfaatan bambu sebagai bahan kertas di Indonesia telah diterapkan
pada industri di Gowa dan Banyuwangi. Namun industri ini memiliki kendala dari
segi bahan baku sehingga dibuat modifikasi yaitu campuran pulp bambu dengan
perbandingan 70 % : 30 %.
6. Kerajinan dan Handicraft
Berbagai
kerajinan dan handycraft dibuat dari bambu antara lain : tempat pulpen,
gantungan kunci, cup lampu, keranjang, tas, topi dan lain-lain. Dalam hal ini
yang dibutuhkan adalah keterampilan dan kreativitas dalam memanfaatkan bambu.
7. Supit
Pengembangan
bahan bambu sebagai bahan industri telah pula mencakup kebutuhan peralatan
makan berupa supit, tusuk sate dan tusuk gigi. Perkembangannnya sangat cepat
karena mudah dalam pengerjaan apalagi bila dikerjakan dengan mesin secara
otomatis. Bambu yang bagus untuk dijadikan supit adalah bambu mayan dan bambu
andong. Bambu yang bagus untuk supit bambu yang berumur 3 tahun dimana untuk
meningkatkan kualitasnya setelah ditebang sebaiknya jangan langsung diproses
tetapi dikeringkan terlebih dahulu selama kurang lebih 4 hari.
8. Furniture dan Perkakas Rumah
Tangga
Bambu
yang dipergunakan untuk mebel harus memenuhi beberapa syarat. Selain warna yang
menarik juga dapat dibentuk secara istimewa dengan nilai seni yang tinggi tetap
memenuhi kekokohannya. Olesan pengawet dan penghias, seperti pernis
meningkatkan keawetan dan penampilan dengan tetap berkesan alami. Perkakas
rumah tangga dan
hiasan
dari bambu digemari karena disamping tidak berkarat juga mencerminkan
kesederhanaan tapi anggun.
Bambu
hitam dan bambu betung banyak digunakan untuk furniture antara lain : meja,
kursi, tempat tidur, meja makan lemari pakaian dan lemari hias. Disamping itu
bambu juga banyak dipakai menjadi peralatan rumah tangga dan assesoris penghias
rumah.
9. Komponen Bangunan dan Rumah
Bambu
yang dipergunakan sebagai bahan bangunan sebaiknya diawetkan lebih dahulu
dengan cara perendaman dalam air selama beberapa minngu kemudian dikeringkan.
Kadand-kadang juga dilakukan pengasapan belerang agar ham yang ada mati dan
tidak dikunjungi oleh hama perusak. Sebagai bahan kontruksi yang tidak
mementingkan keindahan, ter juga sering dipergunakan untuk menutup pori-pori
buluh.
Bambu
bersama dengan kayu dan bahan organik lainnya banyak digunakan pada pemabngunan
rumah rakyat di pedesaan. Dengan perkembangan harga bahan dasar dan kebutuhan
perumahan rakyat yang sederhana, maka pengembanagn rumah berbahan kayu dan
bambu sesuai untuk membantu rakyat ayng berpenghasilan rendah, terutanma di
daerah yang mempunyai ketersediaan bambu.
Rumah-rumah
rakyat di Jawa Barat masih banyak menggunakan bahan bambu. Bahan bambu pada
umumnya digunakan sebagai kaso dan reng. Pada rumah panggung dan bilik bambu
digunakan juga untuk keperluan dinding, lis, tiang, galar dan lantai.
Penggunaan
bambu oleh masyarakat sebagai bahan bangunan perumahan selain mudah didapat,
bahan bambu dipercaya oleh masyarakat sebagi bahan yang kuat dan awet dengan
catataan penggunaan terhindar untuk berhubungan langsung dengan air.
10. Rebung
Bambu
dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam bentuk rebung. Jenis-jenis tertentu
rebungnya dapat dimakan karena kadar HCN kecil atau sama sekali tidak ada,
rasanya memenuhi selera, lunak dan warnanya menarik. Kandungan gijinya cukup memadai
sebagai sumber mineral dan vitamin.
11. Bahan Alat Musik Tradisional
Sesuai
dengan ketebalan dinding, diameter dan panjang buluh, bambu dapat dibuat alat
musik tradisional yang menghasilkan nada dan alunan suara yang khas. Faktor
ketepatan memilih jenis dan tingkat pengeringan diperlukan guna memperoleh
kualitas yang memadai. Bambu dapat dibuat alat musik tiup, alat musik gesek
maupun alat musik pukul. Contoh yang terkenal adalah seruling, angklung,
gambang, calung, kentongan, dll. Pembuatan alat musik dari bambu dituntut
pengetahuan nada dan ketelatenan penanganan pekerjaan. Misalnya pada pembuatan
angklung, bambu dipilih dari jenis bambu tertentu. Bambu temen, bambu hitam,
bambu lengka dan bambu tali cocok dipergunakan untuk membuat kerangkanya. Waktu
penebangan bambu harus cukup umur (2-3 tahun) tepat waktunya yakni pada musim
kemarau. Pengeringan dilakukan dalam
ruang,
tidak boleh langsung dengan sinar matahari. Setelah bambu dibentuk, kemudian
distem nadanya sebelum dan sesudah dipasang tabung-tabung nadanya.
Dari
aspek sosial dan ekonomi, tanaman bambu yang telah merata di daerah-daerah
pedesan dan dapat dikatakan merupakan tanaman yang merakyat telah mampu
mengangkat perekonomian masyarakat sebagai penghasilan yang utama atau
tambahan.
Sebagai
tanaman yang merakyat, bambu memiliki status dan nilai sosial yang mendalam
maknanya. Beberapa saat yang lalu masyarakat pedesaan di Jawa tengah akan
merasa dari kalangan rendah atau miskin jika harus membeli bambu untuk membuat
dinding atau pereabotan rumah tangga. Namun di lain pihak masyarakat kalangan
menengah ke atas lebih menyukai bambu sebagai suatu produk yang dekat pada alam
dan memiliki nilai seni yang tinggi, misalnya meja kursi dan perabotan rumah
tangga dari bahan bambu.
Selain
itu bagi masyarakat pedesaan rumpun bambu dapat menjadi tabungan, suatu sumber
daya penyangga yang dapat diandalkan bila timbul keadaan paceklik, selain
rebungnya dapat langsung dimakan, buluh bambu juga dapat diperdagangkan. Di
lain pihak kebutuhan akan tempat semakin menekan tempat tumbuh bambu sehingga
bambu sedikit demi sedikit terus berkurang.
2.1.4. KEUNGGULAN BAMBU
1.
Bambu mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus. Untuk
melakukan budidaya bambu, tidak diperlukan investasi yang besar, setelah
tanaman sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara menerus tanpa menanam
lagi. Budidaya bambu dapat dilakukan sembarang orang, dengan peralatan
sederhana dan tidak memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi.
2.
Pada masa pertumbuhan, bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm per jam, atau
120 cm per hari. Bambu dapat dimanfaatkan dalam banyak hal. Berbeda dengan
pohon kayu hutan yang baru siap ditebang dengan kualitas baik setelah berumur
40-50 tahun, maka bambu dengan kualitas baik dapat diperoleh pada umur 3-5
tahun.
3.
Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa. Rumpun bambu yang telah
dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom
sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih
dapat bertahan hidup.
4.
Bambu mempunyai kekuatan cukup tinggi, kuat tariknya dapat dipersaingkan dengan
baja. sekalipun demikian kekuatan bambu yang tinggi ini belum dimanfaatkan
dengan baik karena biasanya batang-batang struktur bambu dirangkaikan dengan
pasak atau tali yang kekuatannya rendah
5.
Bambu berbentuk pipa sehingga momen kelembabannya tinggi, oleh karena itu bambu
cukup baik untuk memikul momen lentur. Ditambah dengan sifat bambu yang
elastis, struktur bambu mempunyai ketahan yang tinggi baik terhadap angin
maupun gempa.
2.1.5. KELEMAHAN BAMBU
Sekalipun
bambu memiliki banyak keunggu!an, kiranya perlu juga diingat bahwa upaya
menjadikan bambu sebagai pengganti kayu menghadapi beberapa kendala, yaitu :
1.
Bambu mempunyai durabilitas yang sangat rendah, bambu sangat potensial untuk
diserang kumbang bubuk, sehingga bangunan atau perabot yang terbuat dari bambu
tidak awet. Oleh karena itu rangka bangunan dari bambu, yang tidak diawetkan,
hanya dipandang sebagai komponen bangunan sementara yang hanya tahan tidak
lebih dari 5 tahun. Hal ini merupakan kendala yang sangat serius
karena
minat orang pada bambu jadi berkurang. Betapa ganasnya kumbang bubuk ini dapat
diberikan contoh kejadian di pabrik angklung Saung Udjo yang berlokasi di
Bandung. Perusahaan ini tiap tahun mendatangkan bambu sampai sekitar 12 truk,
tetapi hampir 40 persen dari bambu tersebut telah rusak diserang kumbang bubuk
sebelum sempat dijadikan angklung. Mengingat produk bambu kini sudah mulai
menjadi komoditi ekspor, maka upaya untuk mencegah serangan bubuk perlu
memperoleh perhatian secara khusus agar barang-barang yang terbuat dari bambu
tidak mengecewakan pemakainya.
2.
Kekuatan sambungan bambu yang pada umumnya sangat rendah karena perangkaian
batang-batang struktur bambu sering kali dilakukan secara konvensional memakai
paku, pasak, atau tali ijuk. Pada perangkaian batang-batang struktur dari bambu
yang dilakukan dengan paku atau pasak, maka serat yang sejajar dengan kekuatan
geser yang rendah menjadikan bambu mudah pecah karena paku atau pasak.
Penyambungan memakai tali sangat tergantung pada keterampilan pelaksana.
Kekuatan sambungan hanya didasarkan pada kekuatan gesek antara tali dan bambu
atau antara bambu yang satu dengan bambu lainnya Dengan demikian penyambungan
bambu secara konvensional kekuatannya rendah, sehingga kekuatan bambu tidak
dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada saat tali kendor sebagai akibat kembang
susut karena perubahan temperatur, kekuatan gesek itu akan turun, dan bangunan
dapat runtuh. Oleh karena itu sambungan bambu yang memakai tali perlu dicek
secara berkala, dan tali harus selalu disetel agar tidak kendor.
3.
Kelangkaan buku petunjuk perancangan atau standar berkaitan dengan bangunan
yang terbuat dari bambu.
4.
Sifat bambu yang mudah terbakar. Sekalipun ada cara-cara untuk menjadikan bambu
tahan terhadap api, namun biaya yang dikeluarkan relatif cukup mahal.
5.
Bersifat sosial berkaitan dengan opini masyarakat yang sering menghubungkan
bambu dengan kemiskinan, sehingga orang segan tinggal di rumah bambu karena
takut dianggap miskin. Orang baru mau tinggal di rumah bambu jika tidak ada
pilihan lain. Untuk mengatasi kendala ini maka perlu dilibatkan arsitek, agar
rumah yang dibuat dari bambu terlihat menarik. Upaya ini tampak pada
bangunan-bangunan wisata yang berupa bungalo dan rumah makan yang berhasil
menarik wisatawan mancanegara.
Jepang
dapat dinyatakan sebagai negara yang sudah cukup lama memakai bambu sebagai
bahan interior rumah. Interior bambu di Jepang selain tampilannya mewah juga
ringan, sehingga cocok bagi Jepang yang sering dilanda gempa.
2.1.6. JENIS BAMBU
Bambu
adalah tanaman yang termasuk ordo Gramineae, familia Bambuseae, suatu familia
Bamboidae. Berdasarkan pertumbuhannya, bambu dapat dibedakan dalam dua kelompok
besar, yaitu bambu simpodial dan bambu monopodial. Bambu simpodial tumbuh dalam
bentuk rumpun, setiap rhizome hanya akan menghasilkan satu batang bambu, bambu
muda tumbuh mengelilingi bambu yang tua. Bambu simpodial tumbuh di daerah
tropis dan subtropis, sehingga hanya jenis ini saja yang dapat dijumpai di
Indonesia. Bambu monopodial berkembang dengan rhizome yang menerobos ke
berbagai arah di bawah tanah dan muncul ke permukaan tanah sebagai tegakan
bambu yang individual.
Bambu
dapat tumbuh di lahan sangat kering seperti di kepulauan Nusa Tenggara atau di
lahan yang banyak disirami air hujan seperti Parahiyangan (Salim, 1994).
Indonesia mempunyai banyak pulau, suku, budaya, dan bahasa, sehingga tidak
mengherankan jika bambu di berbagai daerah dikenal dengan berbagai istilah yang
berbeda. Menurut Heynea (1950) di Indonesia bambu dikenal dengan istilah-istilah
seperti tercantum pada tabel berikut ini. Gambar Perbandingan antara Bambu
Monopodial dan Simpodial
Tabel
Istilah lokal untuk bambu di berbagai daerah di Indonesia (Heyne, 1950) No.
|
Daerah
|
Rama
lokal
|
1
|
Aceh
|
trieng
|
2
|
Ambon
|
buluh,
ule
|
3
|
Bali
|
ting
|
4
|
Banda
|
buluh
|
5
|
Banjarmasin
|
buluh,
haur
|
6
|
Batak
|
aor,
bulu
|
7
|
Bugis
|
awo
|
8
|
Gayo
|
oloh,
me
|
9
|
Halmahera
|
au,
tele
|
10
|
Jawa
|
bambu,
deling, pring, jajang
|
11
|
Kangean
|
pereng
|
12
|
Lampung
|
pering,
buluh
|
13
|
Madura
|
keles,
pereng
|
14
|
Makasar
|
bulo
|
15
|
Maluku
|
buluh,
buloh
|
16
|
Menado
|
buluh
|
17
|
Minahasa
|
tambelang,
totoden
|
18
|
Minangkabau
|
auwe,
bambu, bulueh
|
19
|
Nias
|
hao,
lewuo
|
20
|
Sangi
|
bulo
|
21
|
Sasak
|
tereng
|
22
|
Seram
|
teli,
teri
|
23
|
Sunda
|
haur,
awi
|
24
|
Solor
|
aru,
au
|
25
|
Ternate
|
lo,
tabadiku
|
2.1.7. NILAI EKONOMIS BAMBU
Dari
segi ekonomis bambu sangat menguntungkan, demikian bambu yang ditanam tumbuh
menjadi rumpun, selanjutnya rumpun bambu akan berfungsi sebagai bank. Setiap
kali diperlukan, batang bambu dapat ditebang seperti halnya orang mengambil
bunga deposito. Lebih dari itu, sekalipun seluruh rumpun ditebang, rumpun
baru
dapat tumbuh lagi. Hal ini berarti bahwa sekali tanam bambu, hasilnya dapat
diambil terus-menerus.
Permintaan
bambu di Indonesia kini semakin meningkat. Kalau dulu orang memakai bambu
karena kurang mampu, sekarang sedikit demi sedikit bambu telah bergeser menjadi
barang seni yang dibeli karena keindahannya. Perlengkapan rumah seperti meja,
kursi, dipan, sekat dari bambu sudah masuk ke hotel-hotel berbintang dan
bangunan,-bangunan wisata. Lebih dari itu perabot rumah dari bambu juga mulai
menjadi komoditi ekspor. Perajin bambu sudah mulai merasakan kesulitan dalam
membeli bambu dengan umur yang cukup, karena budidaya bambu di Indonesia masih
sangat langka. Budidaya ini hanya dijumpai di beberapa daerah, antara lain di
Bengkulu dan Lampung.
2.1.8. PELUANG BAMBU SEBAGAI
PENGGANTI KAYU
Perkembangan
jumlah penduduk mengakibatkan naiknya kebutuhan perumahan, yang juga berarti
meningkatnya kebutuhan kayu, apalagi kalau dilihat bahwa kayu dalam bentuk kayu
lapis juga dipakai sebagai sumber devisa negara. Kebutuhan kayu yang berlebihan
akan dapat mangakibatkan penebangan kayu hutan dalam jumlah banyak dan
membahayakan kelestarian hutan. Untuk kelestarian hutan, kiranya perlu dicari
bahan bangunan lain sebagai pengganti kayu hutan.
Dengan
memperhatikan kekuatan bambu yang tinggi, dan bambu dengan kualitas yang baik
dapat diperoleh pada umur 3-5 tahun, suatu kurun waktu yang relatif singkat,
serta mengingat bahwa bambu mudah ditanam, dan tidak memerlukan perawatan
khusus, bahkan sering dijumpai di desa-desa, rumpun bambu yang sudah dibakar
pun masih dapat tumbuh Iagi, maka bambu nempunyai peluang yang besar untuk
menggantikan kayu yang baru siap ditebang setelah berumur sekitar 50 tahun.
2.1.9. PENGAWETAN BAMBU
Menurut
Liese (1980), bambu tanpa pengawetan hanya dapat tahan satu sampai-tiga tahun
jika langsung berhubungan dengan tanah dan tidak terlindung terhadap cuaca.
Bambu yang terlindung terhadap cuaca dapat tahan empat sampai tujuh tahun.
Tetapi untuk lingkungan yang ideal, sebagai rangka, bambu dapat tahan sepuluh
sampai 15 tahun.
Upaya
pengawetan bambu secara tradisional juga banyak dilakukan dengan merendam bambu
di dalam air selama kurun waktu 3-12 bulan. Pada perendaman bambu ini, bambu
diberi pemberat agar dapat terendam di dalam air sepenuhnya. Perendaman bambu
di dalam air ini juga dapat dilakukan dengan memasukkan bambu ke dalam tangki
air yang dibuat dari drum bekas. Sulthoni (1988) menjelaskan bahwa perendaman
bambu di dalam air akan mengakibatkan proses biologis yang mengakibatkan
terjadinya fermentasi pada pati yang terkandung di dalam bambu, sehingga hasil
fermentasi ini dapat larut di dalam air. Dengan demikian perendaman bambu di
dalam air dapat menurunkan kadar pati bambu, sehingga bambu tidak diserang
kumbang bubuk
Upaya
lain untuk membuat bambu lebih tahan terhadap serangan kumbang bubuk adalah
dengan memasukkan bahan kimia yang dapat mematikan serangga dan jamur yang
menyerang bambu. Dr. Boucherie dari Perancis pada tahun 1838 melakukan
pengawetan kayu dengan memasang satu wadah berisi larutan pengawet pada pohon
yang masih berdiri atau baru saja dipotong, masih lengkap dengan kulit,
cabang-cabang, serta daun-daun. Larutan pengawet itu dimasukkan ke dalam kayu
lewat pembuluh aliran sap (air bambu). Penguapan kandungan air melewati
daun-daun akan mengakibatkan cairan pengawet terserap naik sampai ke ujung.
Cara pengawetan ini tidak mudah pelaksanaannya dan keberhasilannya sulit untuk
dikontrol.
Mengingat
proses pengawetan sebaiknya dilakukan sedini mungkin setelah bambu ditebang,
maka pengawetan ini lebih tepat untuk dilakukan di dekat lokasi penebangan yang
biasanya ada di pedesaan dan belum tentu tersedia jaringan listrik. Untuk
mengatasi kendala itu, maka cara Boucherie telah dimodifikasi oleh Morisco
(1997).
2.1.10. RANGKA ATAP
Struktur
rangka atap dari bambu biasa dibuat secara tradisional terdiri atas
bubungan,gording dan balok kasau menggunakan alat sambung tali ijuk dan pasak
dengan kekuatan rendah. Untuk memperlebar atap maka diperlukan tambahan tiang
di tengah. Banyak penelitian dan pengembangan telah dilakukan bahkan kuda-kuda
dari bambu yang diperkuat dengan pelat baja dan mengisi sambungan dengan mortar
(semen dan pasir) mampu menahan beban sebesar 4 ton. Dibawah ini contoh
kuda-kuda bambu dengan bentang 12 m beserta dengan contoh sambungan kuda-kuda
yang diperkuat dengan pengisi.

Gambar
Kuda-kuda Bambu dengan Bentang 12 m

Gambar
Sambungan Bambu dengan Pengisi (Morisco & Marjono (1996))
2.2.
KAYU
2.2.1. SIFAT KAYU DAN
PERTUMBUHANNYA
Bagian-bagian pohon :
1.
Bagian akar, berfungsi :
a.
Untuk mengisap air yang mengandung mineral dari tanah ke bagian-bagian pohon
yang lain.
b.
Untuk menegakkan tanaman pada tempat tumbuhnya sehingga pohon cukup kuat
berdiri dan tumbuh serta menahan angin.
2.
Bagian batang pokok
Bagian
pohon yang dimulai dari pangkal akar sampai ke bagian bebas cabang. Berfungsi
untuk melindungi pertumbuhan sel-sel pembentuk pohon, sebagai tempat tumbuhnya
cabang, daun dan ranting, sebagai lalu lintas makanan dari akar ke daun serta
karbohidrat yang dibentuk daun ke bawah.
3.
Bagian Tajuk
Merupakan
bagian pemrosesan pertumbuhan yang ditutupi oleh daun yang mengandung
clorophil. Proses sintesa yang dibantu oleh sinar matahari memisahkan
karbondioksida yang diserap dari udara diubah menjadi zat gula dan karbohidrat
lainnya (dengan melepas oksigen) untuk membentuk sel-sel baru bagi
pertumbuhannya.
2.2.2. BAGIAN – BAGIAN KAYU
Struktur
batang pokok (bagian-bagian kayu)
Bagian
batang pokok merupakan bagian pohon yang terpenting yang digunakan untuk
konstruksi. Penampang dari sepotong batang pohon terdiri dari :
1. Kulit
Terdapat
pada bagian terluar batang pohon. Terdiri dari dua bagian :
a.
Kulit bagian luar yang mati, mempunyai ketebalan yang bervariasi menurut Janis
pohon, kering dan berwarna tua.
b.
Kulit bagian dalam bersifat hidup dan tipis yang bertugas mengangkut getah yang
dirubah oleh daun ke bagian pohon yang tumbuh.
Selain
itu kulit juga berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian terdalam terhadap
pengaruh luar yang merusak seperti iklim, serangga, hama dan kebakaran.
2. Kambium
Merupakan
jaringan yang lapisannya tipis dan bening semacam lender yang terdapat diantara
kulit dan kayu, melingkari kayu, ke arah luar membentuk kulit baru menggantikan
kulit lama yang telah rusak, ke dalam membentuk kayu baru. Dengan adanya
cambium, pohon tumbuh besar.
3. Kayu gubal
Bagian
kayu yang masih muda terdiri dari sel-sel yang masih hidup, terletak di sebelah
dalam kambium yang berfungsi sebagai penyalur cairan dan tempat penimbunan
zat-zat makanan. Tebal kayu gubal 1 – 20 cm.
4. Kayu teras
Merupakan
jaringan sel yang membentuk kayu keras, yaitu bagian batang yang fungsinya
untuk memperkuat batang kayu agar tegar berdiri. Bagian ini merupakan susunan
sel kayu yang telah menua, memadat/mengeras, lebih keras daripada sel-sel kayu
yang terdapat pada lapisan kayu gubal. Warnanya lebih tua dari kayu gubal.
Bagian ini merupakan bagian terpenting dari kayu sebagai bahan konstruksi
bangunan.
5. Hati kayu (pitch)
Merupakan
bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran tahun. Biasanya digunakan untuk
menentukan jenis suatu pohon. Pada umumnya bersifat rapuh atau lunak untuk
beberapa jenis kayu, dan ada yang bersifat keras.
6. Lingkaran tahun
Yaitu
batas antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan pada akhir suatu musim.
Melalui lingkaran tahun ini dapat diketahui umur suatu pohon.
7. Jari-jari
Sel-sel
kayu yang berarah tegak lurus batang mengarah dari kulit ke hati (arah radial)
berfungsi sebagai tempat saluran makanan yang mudah diproses di daun untuk
pertumbuhan pohon.
2.2.3. JENIS DAN KLASIFIKASI KAYU
Jenis
kayu yang digunakan untuk konstruksi bangunan didasrkan atas sifat kayu itu
sendiri yang berhubungan dengan pemakaiannya. Berdasarkan pemakaiannya kayu
digolongkan menjadi :
a.
Kayu dengan tingkat pemakaian I dan II, jenis kayu yang dipakai untuk
konstruksi berat, yang selalu terkena pengaruh tanah lembab, terpengaruh basah
kering (hujan dan matahari).
b.
Tingkat pemakaian III, kayu yang digunakan untuk konstruksi yang terlindung
dari tanah lembab (di bawah atap).
c.
Tingkat pemakaian IV, kayu yang digunakan untuk konstruksi ringan yang
terlindung dari tanah lembab (di bawah atap).
d.
Tingkat pemakaian V, kayu yang digunakan untuk konstruksi yang tidak permanen
(bangunan sementara).
Berdasarkan
tingkat keawetannya (tahan lama), kayu dibedakan menjadi :
Tingkat Keadaan
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
A
|
8 tahun
|
5 tahun
|
3 tahun
|
Cepat sekali
|
Cepat sekali
|
B
|
20 tahun
|
15 tahun
|
10 tahun
|
Beberapa th
|
Cepat
|
C
|
Tak terbatas
|
Agak lama
|
10 - 20 th
|
20 tahun
|
20 tahun
|
Searngan rayap
|
Tak pernah
|
Jarang
|
Agak lekas
|
Lekas sekali
|
Lekas sekali
|
Searngan bubuk
|
Tak pernah
|
Tak pernah
|
Tak pernah
|
Mungkin
|
lekas
|
Keterangan
:
a.
Selalu terkena tanah dan lembab
b.
Hanya terpengaruh oleh hujan , matahari dan terlindung air
c.
Berada di bawah atap (terlindung) tidak terkena tanah lembab.
2.2.4. CACAT PADA KAYU
Kerusakan
dan cacat pada kayu mengakibatkan kekuatan kayu menurun, harga kayu rendah
serat mutu dan nilai pakai kayu menurun. Kerusakan pada kayu meliputi :
retak-retak, pecah, belah, serangan jamur dan serangan serangga. Faktor-faktor
yang menyebabkan kayu rusak digambarkan pada diagram di bawah ini,
Jenis-jenis cacat pada kayu yaitu :
a.
Cacat
mata kayu.
Mata
kayu adalah bagian cabang yang berada dalam kayu. Adapun jenis-jenis mata kayu
adalah :
·
Mata kayu sehat, yaitu mata kayu yang
tidak busuk , berpenampang keras, tumbuh kukuh dan rapat pada kayu.
·
Mata kayu lepas, yaitu mata kayu yang
tidak tumbuh rapat pada kayu, biasanya pada proses pengerjaan mata kayu ini
lepas dan tidak ada gejala busuk.
·
Mata kayu busuk, yaitu mata kayu yang
menunjukkan gejala pembusukan, bagian-bagian kayunya lunak/lapuk.
·
Pengaruh mata kayu, yaitu mengurangi
sifat keteguhan kayu, menyulitkan pengerjaan karena penampang mata kayu keras
(pada mata kayu sehat), mengurangi keindahan permukaan kayu dan menyebabkan
lubangnya lembaran-lembaran finir.
b.
Pecah
dan belah.
Perbedaan
antara retak, pecah dan belah adalah tergantung pada panjangnya serat yang
terpisah. Retak apabila serat-serat yang terpisah memanjang ≤ 2 mm, pecah
apabila serat-serat yang terpisah memanjang ≤ 6 mm dan belah apabila
serat-serat yang terpisah memanjang > 6 mm. Cacat ini disebabkan karena :
·
Ketidakimbangan arah penyusutan pada
waktu kayu kering.
·
Tekanan pada kayu yang terlepas pada
waktu kayu ditebang.
Pada
waktu penebangan kurang hati-hati sehingga kayu robek atau menimpa benda keras.
Cacat
ini mengakibatkan keteguhan tarik dan keteguhan tekan kayu berkurang yang
disebabkan karena distribusi tegangan tidak merata pada saat kayu menahan
beban, Kuat geser kayu turun yang disebabkan karena adanya pengurangan luas
daerah yang menahan geseran.
c.
Pecah
busur dan pecah gelang.
Pecah
busur yaitu pecah yang mengikuti arah lingkaran tumbuh, bentuknya kurang dari ½
lingkaran. Sedangkan pecah gelang yaitu kelanjutan pecah busur yang kedua
ujungnya bertemu membentuk lingkaran penuh. Penyebabnya adalah
ketidakseimbangan dalam penyusutan pada waktu kayu mengering, tegangan di dalam
kayu tiba-tiba terlepas pada saat penebangan. Pengaruhnya dapat menyebabkan
kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser kayu menurun.
d. Hati kayu rapuh
Cacat
pada kayu yang dimulai oleh proses pembusukan paling awal pada pusat lingkaran
tumbuh kayu bulat. Cacat ini biasanya terjadi pada kayu berdaun lebar yang
menyebabkan kekuatan kayu turun dan menyulitkan pada saat proses pembuatan
finir.
d.
Jamur
penyerang kayu.
Jamur
penyerang kayu jenisnya terdiri dari jamur pembusuk kayu, jamur pelapuk kayu
dan jamur penyebab noda pada kayu. Cacat ini menyebabkan kayu rapuh sehingga
kekuatannya turun kemudian patah secara mendadak bila diberi beban.
e.
Serangga
Perusak kayu.
Jenisnya
terdiri dari : rayap, kumbang kayu dan bubuk kayu. Cacatnya berupa lubang pada
kayu yang menyebabkan kekuatan kayu turun dan mengurangi keindahan permukaan
kayu.
f. Lubang gerek dan
lubang cacing laut.
Lubang
yang disebabkan oleh serangga penggerek atau cacing laut. Pada umumnya menyerang
kayu yang baru ditebang dan pada pohon yang masih tegak berdiri.
2.2.5. PENGAWETAN KAYU
Keawetan
kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor perusak kayu
yang dating dari luar tubuh kayu itu sendiri. Keawetan kayu diselidiki pada bagian
kayu terasnya. Pemakaian kayu akan menentukan umur keawetannya. Beberapa alasan
dilakukan pengawetan kayu, yaitu :
·
Kayu yang memiliki kelas keawetan alami
tinggi jumlahnya sangat sedikit sehingga menyebabkan harga kayu menjadi mahal.
·
Kayu dengan kelas keawetan III sampai
dengan V jumlahnya cukup banyak, mudah didapat, harganmya murah dan mempunyai
segi keindahan cukup tinggi. Hanya saja keawetannya kurang. Oleh karena itu
lebih efisien apabila diawetkan terlebih dahulu.
·
Dengan pengawetan kayu, secara financial
lebih menguntungkan.
Adapun
tujuan pengawetan kayu adalah :
·
Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga
kayu yang semula memiliki umur pakai pendek menjadi lebih panjang di dalam
pemakaiannya.
·
Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu
berkelas keawetan rendah.
·
Dengan adanya industri pengawetan kayu
dapat membuka lapangan kerja baru.
Bahan Pengawet Kayu
Syarat-syarat
bahan pengawet kayu, yaitu :
·
Bersifat racun terhadap perusak kayu.
·
Mudah masuk dan tetap berada di dalam
kayu.
·
Tidak mudah luntur.
·
Bersifat toleran terhadap bahan lain
seperti : logam, perekat dan cat/finishing.
·
Tidak mempengaruhi kembang susut kayu.
·
Tidak mudah terbakar.
·
Tidak berbahaya bagi manusia.
·
Mudah dikerjakan, diangkut, mudah
didapat dan murah.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada saat memilih bahan pengawet, yaitu :
·
Dimana kayu itu akan dipakai setelah
diawetkan.
·
Mahluk atau jenis perusak kayu yang
terdapat di temapt tersebut.
·
Syarat-syarat kesehatan.
Jenis-jenis bahan pengawet kayu,
yaitu :
a.
Bahan pengawet larut dalam air
Jenis
bahan pengawet kayu yang menggunakan air sebagai bahan pengencer. Adapun sifat
dari bahan pengawet jenis ini adalah :
Dijual
dalam bentuk garam, larutan pekat dan tepung.
·
Tidak mengotori kayu.
·
Kayu yang sudah diawetkan dapat
difinishing setelah dikeringkan.
·
Retensi dan penetrasi bahan pengawet
cukup tinggi masuk ke dalam kayu.
·
Penggunaannya mudah.
·
Mudah luntur.
Jenis
ini baik digunakan untuk kayu yang digunakan di bawah atap. Contoh bahan yang
termasuk jenis pengawet ini adalah : tanalith C, celcure, boliden, greensalt,
superwolman, borax, asam borat, dll. Konsentrasi larutan 5 – 10 %.
b.
Bahan pengawet larut minyak. Sifat-sifat umum jenis pengawet kayu ini adalah :
·
Dijual dalam perdagangan berbentuk
cairan agak pekat, bubuk (tepung). Bila akan digunakan dilarutkan dulu dalam
minyak seperti solar, minyak diesel, dll.
·
Bersifat menolak air dan daya lunturnya
rendah.
·
Daya cegah terhadap perusak kayu cukup
baik.
·
Memiliki bau tidak enak dan alergis.
·
Warnanya gelap sehingga kayu yang
diawetkan menjadi kotor.
·
Sulit difinishing.
·
Penetrasi dan retensi agak kurang
disebabkan tidak adanya toleransi antara minyak dan kadar air pada kayu.
·
Mudah terbakar.
Nama-nama
bahan dalam perdagangan yang termasuk dalam jenis pengawet kayu ini adalah :
pentha chlor phenol (PCP), rentokil, Cu-Napthenate, tributyltin-oxide,
dowicide, restol, anticelbol, cuprinol, solignum, xylaman, brunophen, pendrex,
dieldrien dan aldrin.
c.
Bahan Pengawet berupa minyak.
Jenis
bahan pengawet ini jarang digunakan. Sifatnya sama dengan bahan pengawet larut
minyak. Nama-nama dalam perdagangan adalah : creosot, carboleneum, ter kayu,
napthaline, dll.
2.2.6. SPESIFIKASI/STANDAR KAYU
BANGUNAN
Standar/peraturan
kayu untuk konstruksi di Indonesia pertama kali adalah Peraturan konstruksi
Kayu Indonesia (PKKI) yang disusun pada tahun 1961. Peraturan/standar ini
disusun berdasarkan sifat mekanis dan berat jenis kayu. Peraturan ini
disempurnakan pada tahun 2000. Selain itu pada tahun 1980 juga disusun Standar
Kayu Bangunan yang diterbitkan oleh Departemen Perindustrian. Di dalam standar
ini tercakup mengenai ukuran kayu perdagangan. Kedua standar ini masih perlu
penyempurnaan cara penerapannya di lapangan.
2.2.7. SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU
Semua
kayu memiliki sifat fisik, mekanik dan sifat kimia yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Secara umum kayu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a.
Semua pohon mempunyai pengaturan ank era dan sifat simetri radial.
b.
Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan
dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa, hemisellulosa (ank e
karbohidrat) dan lignin (non karbohidrat).
c.
Semua kayu memiliki sifat ank erasc, yaitu memperlihatkan sifat-sifat berlainan
jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan radial).
d.
Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan
atau bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara di
sekitarnya.
e.
Kayu dapat diserang mahluk hidup perusak kayu dan dapat terbakar.
Adapun
sifat-sifat Fisik Kayu, yaitu :
3..
Berat Jenis
Kayu
memiliki berat jenis yang berbeda-beda, antara 0,2 (kayu balsa) sampai 1,28
(kayu nani). Berat jenis merupkan petunjuk untuk menentukan sifat-sifat
kayu.
Makin berat kayu itu, kekuatan kayu makin besar. Makin ringan kayu itu,
kekuatannya juga makin kecil. Berat jenis tergantung oleh tebal dinding sel,
kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori.
b.
Keawetan alami kayu. Keawetan alami kayu berbeda-beda antara satu dengan yang
lain. Keawetan kayu disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat
ekstraktif) yang merupakan sebagian ank e racun bagi perusak kayu.
c.
Warna kayu. Warna suatu jenis kayu dipengaruhi oleh : tempat di dalam batang,
umur pohon dan kelembaban udara.
d.
Higroskopik, yaitu sifat dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban.
Makin lembab udara sekitar, kayu juga semakin lembab. Masuknya air ke dalam
kayu menyebabkan berat kayu bertambah. Sifat ini berhubungan dengan sifat
mengembang dan menyusut kayu.
e.
Tekstur kayu yaitu ukuran ank era dari sel-sel kayu. Menurut teksturnya, kayu
dibedakan menjadi :
·
Kayu bertekstur halus, contohnya kayu
giam, lara, kulim, dll.
·
Kayu bertekstur sedang, contohnya kayu jati,
sonokeling, dll.
·
Kayu bertekstur kasar, contohnya kayu
kempas, meranti, dll.
3..
Berat kayu. Berat suatu jenis kayu
tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, rongga-rongga sel atau jumlah
pori-pori, kadar air dan zat ekstraktif. Berat suatu kayu tergantung dari berat
jenisnya.
g.
Kekerasan. Kekerasan kayu berhubungan dengan berat dan berat jenis kayu. Contoh
kayu yang sangat keras : balau, giam, kayu besi, dll. Kayu keras, yaitu kulim,
pilang, dll. Kayu sedang, yaitu : mahoni, meranti, dll. Kayu lunak, yaitu :
pinus, balsa, dll.
h.
Kepadatan/kerapatan kayu, yaitu perbandingan antara berat kering oven dengan
isi (volume) dari sepotong kayu. Kepadatan kayu mempengaruhi kekuatan kayu.
Kepadatan kayu tergantung dari banyaknya dinding sel pada tiap satuan isi.
Makin banyak selnya, dinding selnya banyak sehingga kepadatannya tinggi maka
kekuatannya juga tinggi. Contoh : kayu gubal susunan selnya masih renggang
sehingga kekuatannya lebih rendah dibandingkan kayu teras.
i.
Sifat mengembang dan menyusut. Kayu akan mengembang bila kadar airnya naik dan
menyusut bila kadar airnya berkurang. Besarnya pengembangan dan penyusutan
tidak sama pada semua arah. Rata-rata besarnya pengembangan dan penyusutan pada
arah tangensial : 4-14%, arah radial : 2 – 8 %, arah axial : 0,1 – 0,2 %.
Sifat
mekanik Kayu Sifat mekanik kayu yaitu kemampuan kayu untuk menahan beban yang
berasal dari luar. Yang mempengaruhi sifat mekanik kayu yaitu :
a.
Faktor luar, terdiri dari pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan
dan cacat yang disebabkan oleh jamur dan serangga perusak kayu.
b.
Faktor internal, terdiri dari : berat jenis kayu, kadar air, cacat mata kayu dn
penyimpangan arah serat kayu.
Sifat
mekanik kayu meliputi :
a.
Kuat tarik, yaitu kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik
kayu itu. Kuat tarik kayu sejajar serat lebih besar dibandingkan kuat tarik
tegak lurus serat.
b.
Kuat tekan, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban tekan. Kuat tekan sejajar
serat biasanya lebih besar dari kuat tekan tegak lurus serat.
c.
Kuat geser, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban geser. Kuat geser sejajar
serat biasanya lebih kecil dari kuat geser tegak lurus serat.
d.
Kuat Lentur, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban lentur.
e.
Kuat belah, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban yang berusaha membelah
kayu.
Kayu
Buatan Kayu buatan adalah kayu yang bentuk dan sifatnya tidak seperti kayu yang
berasal dari alam, tetapi sudah diolah di pabrik baik secara manual maupun
dengan mesin. Kayu buatan terdiri dari kayu lapis (plywood), papan partikel,
papan kayu semen dan papan serat (fibre board).
3..
Kayu Lapis (plywood) Kayu lapis
merupakan panel (papan) yang terbuat dari lembaran-lembaran kayu (lapisan ank e)
yang direkatkan menyatu sampai mencapai ketebalan tertentu. Cara pembuatan kayu
lapis, terdiri dari :
Pembuatan
ank e, pembuatan ank e dilakukan dengan cara mengupas balok kayu dengan mesin
dengan ketebalan 1/7 – 1/20 inchi. Vineer yang sudah dikupas dikeringkan dengan
coveyor drier sampai mencapai kadar air 12 % – 15 %. Vineer yang sudah dikeringkan
dipotong sesuai dengan ukuran kayu lapis yang akan dibuat.
Pemberian
perekat. Pemberian perekat pada lembaran ank e dilakukan dengan menggunakan
alat berbentuk rol. Perekat yang digunakan biasanya perekat urea formaldehida,
casein dan phenol formaldehida. Biasanya tiap 1 kg perekat dapat melumasi
permukaan ank e 5 m2 – 6 m2.
Penyusunan
ank e. Lembaran ank e yang sudah diberi perekat kemudian disusun saling silang
menyilang dan disusun dengan jumlah ganjil. Tujuannya adalah agar didapatkan
kayu lapis yang memiliki sifat jauh lebih baik dari kayu aslinya, seperti tahan
susut, tidak mudah pecah dan memiliki kuat tarik tinggi. Penyusunan ank e
membutuhkan waktu ± 15 menit.
Pengepresan.
Lembaran ank e yang sudah disusun kemudian dipres dengan menggunakan mesin pres
panas dengan tekanan 7 – 14 kg/cm2 pada suhu 150ºC.
Finishing.
Kayu lapis yang sudah dipres dan didinginkan, dipotong sisi-sisinya sesuai
dengan ukuran di perdagangan.
b.
Papan Kayu Semen (Yumen) Papan buatan yang terbuat dari serutan/limbah kayu
dicampur dengan semen kemudian dicetak dan dipres dingin. Sebelum kayu
digunakan, kadar pati dalam kayu dihilangkan terlebih dahulu karena akan
menghambat pengikatan semen, dilakukan dengan cara merendam kayu dalam larutan
kapur. Kelebihan yumen ini adalah tahan api/tidak mudah terbakar, mudah dipaku
dan dibentuk, memiliki daya sekat panas dan suara yang baik. Yumen ini biasanya
dibuat dengan ketebalan 15 mm – 100 mm dengan lebar 500 mm dan panjang 2000 mm.
Adapun standar Yumen menurut standar Jerman (DIN 1101) adalah sebagai berikut :
·
Memiliki berat antara 8,5 – 36 kg/cm2.
·
Berat Isi 360 kg/m3 sampai dengan 570
kg/m3.
·
Kuat lentur minimum 17 kg/cm2
·
Untuk ketebalan di atas 25 mm, bila
diberi tekanan 3 kg/cm2 pengurangan tebalnya maksimum 20 %.
·
Memiliki daya sekat panas maksimum 0,08
k cal/m.h.ºC.
c.
Papan Partikel Papan yang terbuat dari partikel kayu dan perekat yang biasanya
berupa perekat urea formaldehida atau phenol formaldehida, kemudian dipres
panas. Papan partikel ini memiliki sifat mudah terbakar, kuat lentur cukup
tinggi, kekuatannya seragam, mudah digergaji dan dipaku, permukaannya licin ank
eras. Bila perekat yang digunakan tidak tahan terhadap pengaruh air maka papan
partikel yang dihasilkan pengembangan tebalnya tinggi dan daya serap airnya
juga tinggi. Oleh karena itu sebaiknya papan ini digunakan di tempat-tempat
terlindung. Ketebalan partikel antara 9 mm – 40 mm dengan lebar 1200 mm dan
panjang 2400 mm. d. Papan serat (fibre board)
Papan
serat terbuat dari serat kayu (bubur kayu) yang dicampur perekat urea
formaldehida atau phenol formaldehida kemudian dipres panas. Jenis papan serat
terdiri dari soft board, digunakan sebagai peredam suara dan hardboard.
Biasanya diproduksi dengan ketebalan 3 mm – 6 mm.
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Teknologi
pengolahan dan pemanfatan bambu yang berkembang di masyarakat saat ini telah
mampu menjalankan roda perekonomian masyarakat pedesaan. Pada umumnya industri
bambu mempunyai skala kapasitas produksi kecil sehingga dapat dikatakan sebagai
industri rumah tangga. Namun di lain pihak industri kecil seperti inilah yang
mampu bertahan dalam kondisi ekonomi Indonesia yang lagi krisis sekarang ini.
Kegunaan
dan pemanfaatan bambu masih sangat luas untuk dikembangkan, memungkinkan
pengembangan lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan lain bagi rumah tangga.
3.2.
SARAN
Di
masa yang akan datang, dibutuhkan suatu bahan bangunan yang ramah lingkungan.
Hal tersebut terjadi karena untuk mengurangi efek rumah kaca ( global warming
). Oleh karena itu, penggunaan bambu mungkin lebih tepat dari pada harus
menggunakan kayu.
DAFTAR
PUSTAKA
British Standard, Code of Practice 112 (1971)
Indian Standard 6874 (1973), Methods of Tests for Round Bamboos
Internasional Standard ISO 2394 (1973), General Principles for
the Vefication of the safety of structures
Prof. Ir. W. Huisman & Prof. Ir. PC, Kreijger (1981), Bamboo
in Building Strutures
Tidak ada komentar:
Posting Komentar