Selasa, 08 Desember 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Saat ini kayu yang berkualitas semakin sulit diperoleh di pasaran, sehingga perlu dicari bahan lain sebagai penggantinya. Bambu cepat tumbuh adalah salah satu jenis yang dapat digunakan, karena selain mempunyai masa panen hanya 3 sampai 5 tahun, potensinya pun cukup besar di beberapa daerah dan bersifat renewable serta sangat sesuai dengan kebutuhan industri. Beberapa aspek sifat bambu lebih baik daripada kayu, tetapi bambu memiliki kekurangan untuk digunakan sebagai bahan konstruksi secara langsung. Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan untuk dapat mengolah bahan bambu menjadi balok mirip kayu dengan kekuatan yang tinggi. Pengembangan pembuatan balok bambu dilakukan dengan bantuan pelatihan produksi, sehingga dapat dibuat unit produksi dan dapat dilakukan dengan skala UKM.
Hasil penelitian Balai Bahan Bangunan – Puslitbang Permukiman pada tahun anggaran 2007 menunjukkan bahwa, dengan menggunakan perekat resin (cara pres panas atau dingin) atau semen, dapat dihasilkan suatu suatu bahan bangunan komposit yang mempunyai kekuatan tinggi sehingga dapat menandingi kekuatan kayu. Produk dari hasil penelitian ini dapat berupa panel eksterior dan interior dengan berbagai bentuk untuk konstruksi bangunan seperti, dinding, langit-langit serta penutup atap, atau yang digunakan sebagai bahan furniture dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan.







BAB II
PEMBAHASAN
2.1. BAMBU
Bambu sudah sejak lama dikenal sebagai bahan bangunan. Pada daerah-daerah pedesaan bambu banyak digunakan penduduk untuk membuat rumah tinggal. Konstruksi dari bambu banyak digunakan di pedesaan karena mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : bambu mudah didapat dan harganya murah, dapat dikerjakan dengan alat-alat sederhana, pertumbuhannya cepat.

2.1.1. JENIS-JENIS BAMBU, SIKLUS HIDUP, ANATOMI BAMBU
a. Siklus Hidup Bambu
Bambu merupakan jenis tanaman yang tumbuh di daerah tropis dan sub tropis. Bambu biasanya dapat hidup dan tersebar di daerah Asia Pasifik, Afrika dan Amerika (pada garis 46 º LU sampai 47º LS). Bambu dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim lembab dan panas. Bambu termasuk tumbuhan jenis graminae (suku rumput-rumputan) yang mempunyai ciri-ciri berdaun tunggal, berbentuk pita yang tersusun berselang seling pada rantingnya, batang beruas-ruas, berakar serabut dan mempunyai rimpang. Bambu tumbuh dimulai dari tunas yang berasal dari disarm batang yang sudah tua. Tunas ini tumbuh secara perlahan pada awalnya, kemudian tumbuh cepat pada musim hujan sampai mencapai ½ dari tingginya. Bambu mengalami masa pertumbuhan yang cepat selama 4 sampai 6 bulan. Segera setelah tinggi maksimum tercapai, terjadi pengkayuan ranting (terbentuknya batang bambu) yang berlangsung selama 2 sampai 3 tahun. Batang bambu akan masak setelah berumur 6 sampai 9 tahun. Dalam pertumbuhannya, bambu belum diusahakan secara perkebunan, tapi tumbuhnya msih dibiarkan secara liar di pekarangan maupun di hutan. Di daerah pedesaan, biasanya bambu ditanam hanya untuk keperluan membuat kerajinan rumah tangga atau untuk membuat rumah-rumah sederhana. Untuk mengembangkan bambu biasanya digunakan bibit berupa stek. Pengembangbiakan bambu dengan biji tidak efisien karena membutuhkan waktu yang lama. Stek yang dipakai dapat diambil dari tiga bagian kayu, yaitu :

·         stek dari batang, Stek ini yang paling sering digunakan. Caranya yaitu dengan jalan memotong bamboo pada pangkal dekat akar kemudian diambil ke atas sekitar satu atau dua ruas yang ada kuncup tidurnya. Sisanya di atas dapat dipotong-potong lagi
mempunyai orientasi aksial dan tidak memiliki sel radial. Bagian luar terdiri dari satu sel epidermis dan bagian dalam terdiri dari sel-sel sklerenkim. Struktur melintang hanya diisi oleh ikatan-ikatan pembuluh. Secara keseluruhan
·         dinding bambu tersusun oleh 50 % jaringan parenkim, 40 % sel-sel serabut, 10 % pembuluh tapis dan ikatan pembuluh. Unsur utama penyusun batang bambu adalah selulosadan minimum harus terdapat dua mata tidurnya. Yang perlu diperhatikan adalah bamboo yang distek adalah bamboo yang masih muda kira-kira berumur satu tahun.
·         stek dari cabang, didapat dengan jalan memotongi ruas bamboo yang telah tumbuh cabangnya, kemudian cabang dipotong bagian atasnya dihilangkan daunnya dan ranting-ranting kecil lainnya.
·         stek dari bonggol akar, didapat dengan jalan membongkar bonggol-bonggol bambu dari bamboo yang baru dipotong, kemudian bonggol itu dipisahkan satu sama lainnya. Stek bonggol ini juga yang sering dilaksanakan karena lebih kuat daya tumbuhnya.
Agar didapatkan hasil pertumbuhan yang baik maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
·         Batang, cabang dan bonggol yang distek diambil dari bamboo yang baru dipotong.
·         Sebelum ditanam, disemaikan dulu sampai keluar akarnya. Penyemaiannya harus di tempat yang teduh dan harus selalu disiram air.
·         Penanamannya sebaiknya pada musim penghujan karena stek-stek tersebut mudah mati bila kekurangan air.Penanamannya sebaiknya dibuat condong dan dengan kedalaman penanaman lebih kurang 10 cm.
·         Penanamannya diusahakan di tempat yang teduh agar terhindar dari terik matahari langsung, sehingga tidak mudah layu.

b. Anatomi Bambu

Batang bambu terdiri dari ruas (nodia) dan buku (internodia). Sel-sel batang, hemisellulosa, lignin dan unsure tambahan seperti resin, tannin, lilin dan garam-garam anorganik. Komposisi masing-masing unsure tergantung dari spesies, kondisi pertumbuhan, umur bamboo dan bagian batang. Selama masa pertumbuhan pada tahun pertama sejak dari tunas, proporsi lignin dan karbohidrat tidak tertentu tetapi setelah melewati masa tersebut komposisi kimia bambu cenderung tetap. Pada musim penghujan kandungan pati pada bambu lebih tinggi daripada pada musim kemarau.

c. Jenis-jenis Bambu

Bambu merupakan jenis tanaman graminae (golongan rumput-rumputan). Jenis bamboo di seluruh dunia ada 600 jenis. 31 jenis bamboo terdapat di pulau Jawa, sedangkan jenis bamboo yang dapat digunakan untuk bahan bangunan ada 10 jenis. Adapun jenis-jenis bamboo yang dapat digunakan untuk bahan bangunan adalah :
·         Bambu Ater, bamboo ini mempunyai warna buluh hijau tua. Tingginya dapat mencapai 15 meter dan banyak tumbuh di P. Jawa terutama di dataran-dataran rendah. Kegunaan bamboo ini antara lain : untuk pipa air, dinding rumah, pagar, alat musik dan alat-alat rumah tangga.
·         Bambu Petung. Tinggi batang bamboo ini dapat mencapai 20 meter, dengan garis tengah buluh sampai 20 cm dan panjang ruasnya 40-60 cm. Tebal dinding buluh 1-1,5 cm. Warnanya coklat muda keputih-putihan. Biasanya digunakan untuk bahan bangunan.
·         Bambu Duri. Tinggi buluhnya sampai 20 m dengan garis tengah buluhnya 10 cm. Biasanya berwarna hitam dan banyak tumbuh di Jawa Timur. Tumbuhnya rapat dan banyak cabangnya. Biasanya digunakan sebagai bahan bangunan, anyaman dan bahan pembuatan kertas.

·         Bambu Duri Ori. Bambu ini hamper sama dengan bamboo duri, bedanya cabang-cabangnya lebih renggang, warnanya gelap. Kegunaannya adalah untuk bahan banguanan, anyaman dan bahan pembuatan kertas.
·         Bambu Gombong. Bambu ini berwarna hijau kekuning-kuningan. Tinggi buluhnya mencapai 20 meter dengan diameter 10 cm. Biasanya digunakan untuk bahan bangunan dan kerajinan.
·         Bambu Sembilang. Tinggi buluhnya mencapai 30 meter dengan garis tengah 18 – 25 cm. panjang ruasnya 25 – 50 cm dengan tebal dinding buluh sampai 2,5 cm. Bambu ini dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan bangunan baik bangunan air maupun bangunan gedung.
·         Bambu Talang. Bambu ini batangnya tegak dengan tinggi mencapai 15 m. Panjang ruas maksimum 50 cm, dengan garis tengah 8-10 cm. Warna buluhnya hijau muda, hijau tua dan kuning
·         Bambu tutul. Tinggi buluh mencapai 12 meter, warnanya hijau pada saat bambu masih muda dan sering kali bergaris-garis kuning sejajar dengan buluhnya. Ketika dewasa muncul warna tutul coklat. Diameter buluhnya mencapai 10 cm. Bambu ini digunakan sebagai bahan dinding, alat-alat rumah tangga, kursi, hiasan dinding , tirai, dll.
·         Bambu balcoa. Berasal dari India, dengan tinggi buluhnya mencapai 20 meter. Warna buluhnya putih. Biasanya digunakan untuk tiang-tiang rumah, jembatan, atau turap.
·         Bambu plymorpha. Berasal dari Burma dengan tinggi buluh mencapai 30 meter, garis tengah 15 cm. Warna buluhnya hijau muda sampai hijau tua. Biasanya digunakan untuk konstruksi rumah dan jembatan.


2.1.2. SIFAT FISIK DAN MEKANIS BAMBU

Sifat Fisik Bambu

Bambu mempunyai sifat-sifat fisik sebagai berikut :
1. Pada proses pengeringan bambu yang belum dewasa sering retak dan mengisut.

2. Bagian dalam batang bambu biasanya lebih banyak mengandung kadar lengas (aur bebas) daripada bagian batang yang luar.
3. Buku-buku (knots) mengandung ± 10 % lebih sedikit air daripada ruas-ruas.
4. Menyerap banyak air sampai 300 %.
5. Bambu tidak dapat dipercaya bila diguanakan sebagai tulangan pada beton, karena bambu pada saat pengeringan menyusut, volumenya menurun sehingga lekatan dengan betonnya longgar.
6. Bambu pada umumnya tidak awet sehingga perlu dilakukan pengawetan terlebih dahulu sebelum digunakan.

Adapun data-data teknis mengenai sifat fisik bambu hasil penelitian adalah :
1. Penyusutan bambu yang ditebang pada musim hujan sampai keadaan kering udara adalah pada arah longitudinal sebesar 0,2 – 0,5 %, arah tangensial sebesar 10 – 20 % dan arah radial sebesar 15 – 30 %.
2. Berat jenis bambu kering udara adalah 0,60 – 1
3. Kuat lekat antara bambu kering dengan beton berkisar antara 2 – 4 kg/cm2.

Sifat-sifat mekanik bambu adalah sebagai berikut :
1. Tegangan tarik 600 – 4000 kg/cm2
2. Tegangan tekan 250 – 600 kg/cm2
3. Tegangan lentur 700 – 3000 kg/cm2
4. Modulus elastisitas 100.000 – 300000 kg/cm2

Bambu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau tua dalam hal terakhir berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan permukaan yang mengkilap. Di tempat buku tidak boleh pecah.
2. Bambu yang telah direndam dalam air harus berwarna pucit tidak kuning, hijau atau hitam dan berbau asam yan khas, sedangkan bila dibelah di bagian dalam dari ruas tidak boleh terdapat rambut dalam yang baisanya terdapat pada bambu yang belum direndam.
3. Bambu untuk pelupuh dan barang anyaman seperti bilih, gendak, dll harus telah direndam dengan baik. Barang anyaman yang harus tahan lama harus

terbuat dari bambu dari jenis bambu yang terbaik dengan garis tengah minimum 4 cm dan harus terbuat dari bagian kulit dari bambu.


2.1.3. PEMANFAATAN BAMBU
Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan
Keawetan bambu cepat menurun kualitasnya karena kadar air yang masih tinggi dan besarnya kandungan pati di dalam buluh. Bambu langsung ditaruh di tempat terbuka dan berhubungan dengan tanah keawetannya 1-3 tahun, tetapi dapat bertahan sampai 7 tahun apabila mengalami keawetan. Caranya adalah :
a. Perendaman buluh dalam air dapat mengurangi kadar pati dan lebih awet
b. Membiarkan buluh tetap ada cabang dan daunnya untuk beberapa hari agar pati yang ada dimanfaatkan untuk metabolisme, sehingga kadar pati di buluh berkurang dan buluh akan menjadi lebih awet
c. Pengasapan dan pemanasan dengan tujuan mengusir hama, merusak pati dan menghasilkan racun yang berakibat buluh bambu lebih awet
d. Penutupan pori buluh dan pengapuran untuk mencegah hama dan penyakit yang masuk dan merusak buluh
e. Menurunkan kadar air buluh bambu dan menyimpan di ruang kering dapat mencegah pertumbuhan jamur dan serangga perusak
f. Pengawetan dengan bahan kimiawi, lebih efektif tetapi lebih mahal
g. Buluh di panen pada musim kemarau lebih awet dari musim hujan
Bambu sampai saat ini sudah dimanfaatkan sangat luas di masyarakat mulai dari penggunaan teknologi yang paling sederhana sampai pemanfaatan teknologi tinggi pada skala industri. Pemanfaatan di masyarakat umumnya untuk kebutuhan rumah tangga dan dengan teknologi sederhana, sedangkan untuk industri biasanya ditujukan untuk orientasi eksport.
1. Bambu Lapis
Seperti halnya kayu diolah menjadi kayu lapis maka bambu juga digunakan sebagai bahan baku kayu lapis. Berbagai macam produk bambu lapis dibuat baik dari sayatan bambu maupun pelepuh bambunya. Jenis yang umum dipakai untuk bambu lapis adalah bambu tali (Gigantocloa apus). Kadang-kadang bambu lapis ini dicampur dengan veneer kayu meranti untuk lapisan dalamnya, atau sebaliknya lapisan luarnya berupa veneer kayu
2. Bambu Lamina
Bambu lamina adalah produk olahan bambu dengan cara merekatkan potongan-potongan dalam panjang tertentu menjadi beberapa lapis yang selanjutnya dijadikan papan atau bentuk tiang. Lapisannya umumnya 2-5 lapis. Banyaknya lapisan tergantung ketebalan yang diinginkan dan penggunaannya. Kualitas bambu lamina ini sangat ditentukan oleh bahan perekatnya. Dengan bahan perekat yang baik maka kekuatan bambu lamina dapat disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas III.
3. Papan Semen
Papan semen bambu terbuat dari bambu, semen dan air kapur. Bambu terlebih dahulu diserut, kemudian direndamkan dalam air selama dua hari. Selanjutnya dicampur ketiga bahan tersebut dan kemudian dibentuk papan pada suhu 56 0C dengan waktu selama 9 jam.
4. Arang bambu
Pembuatan arang dari bambu dilakukan dengan cara destilasi kering dan cara timbun skala semi pilot. Bambu yang sudah dicobakan adalah bambu tali, bambu ater, bambu andong dan bambu betung. Nilai kalor arangnya rata-rata 6602 kal/gr, dan yang paling baik dijadikan arang adalah bambu ater dimana sifat arangn yang dihasilkan relatif sama dengan sifat arang dari kayu bakau.
5. Pulp
Pabrik kertas sangat potensial dalam memanfaatkan bambu sebagai bahan kertas. Cara pembuatan bahan kertas dari bambu mula-mula bambu dipotong dan diserpih dengan ukuran 25 mm x 25 mm x 1 mm. Dengan tekanan dan suhu tertentu serpihan bambu tersebut dimasak selama 1,5 jam. Kemudian pulp dicuci dan disaring. Kemudian pulp diurai dengan pengaduk 3-4 jam. Hasil uraian disaring, dicuci dan diputihkan. Setelah dicuci pulp dibuat lembaran sebagai bahn pembuat kertas.
Bambu memiliki kandungan selulosa yang sangat cocok untuk dijadikan bahan kertas dan rayon. Pemanfaatan bambu sebagai bahan kertas di Indonesia telah diterapkan pada industri di Gowa dan Banyuwangi. Namun industri ini memiliki kendala dari segi bahan baku sehingga dibuat modifikasi yaitu campuran pulp bambu dengan perbandingan 70 % : 30 %.
6. Kerajinan dan Handicraft
Berbagai kerajinan dan handycraft dibuat dari bambu antara lain : tempat pulpen, gantungan kunci, cup lampu, keranjang, tas, topi dan lain-lain. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah keterampilan dan kreativitas dalam memanfaatkan bambu.
7. Supit
Pengembangan bahan bambu sebagai bahan industri telah pula mencakup kebutuhan peralatan makan berupa supit, tusuk sate dan tusuk gigi. Perkembangannnya sangat cepat karena mudah dalam pengerjaan apalagi bila dikerjakan dengan mesin secara otomatis. Bambu yang bagus untuk dijadikan supit adalah bambu mayan dan bambu andong. Bambu yang bagus untuk supit bambu yang berumur 3 tahun dimana untuk meningkatkan kualitasnya setelah ditebang sebaiknya jangan langsung diproses tetapi dikeringkan terlebih dahulu selama kurang lebih 4 hari.
8. Furniture dan Perkakas Rumah Tangga
Bambu yang dipergunakan untuk mebel harus memenuhi beberapa syarat. Selain warna yang menarik juga dapat dibentuk secara istimewa dengan nilai seni yang tinggi tetap memenuhi kekokohannya. Olesan pengawet dan penghias, seperti pernis meningkatkan keawetan dan penampilan dengan tetap berkesan alami. Perkakas rumah tangga dan
hiasan dari bambu digemari karena disamping tidak berkarat juga mencerminkan kesederhanaan tapi anggun.
Bambu hitam dan bambu betung banyak digunakan untuk furniture antara lain : meja, kursi, tempat tidur, meja makan lemari pakaian dan lemari hias. Disamping itu bambu juga banyak dipakai menjadi peralatan rumah tangga dan assesoris penghias rumah.
9. Komponen Bangunan dan Rumah
Bambu yang dipergunakan sebagai bahan bangunan sebaiknya diawetkan lebih dahulu dengan cara perendaman dalam air selama beberapa minngu kemudian dikeringkan. Kadand-kadang juga dilakukan pengasapan belerang agar ham yang ada mati dan tidak dikunjungi oleh hama perusak. Sebagai bahan kontruksi yang tidak mementingkan keindahan, ter juga sering dipergunakan untuk menutup pori-pori buluh.
Bambu bersama dengan kayu dan bahan organik lainnya banyak digunakan pada pemabngunan rumah rakyat di pedesaan. Dengan perkembangan harga bahan dasar dan kebutuhan perumahan rakyat yang sederhana, maka pengembanagn rumah berbahan kayu dan bambu sesuai untuk membantu rakyat ayng berpenghasilan rendah, terutanma di daerah yang mempunyai ketersediaan bambu.
Rumah-rumah rakyat di Jawa Barat masih banyak menggunakan bahan bambu. Bahan bambu pada umumnya digunakan sebagai kaso dan reng. Pada rumah panggung dan bilik bambu digunakan juga untuk keperluan dinding, lis, tiang, galar dan lantai.
Penggunaan bambu oleh masyarakat sebagai bahan bangunan perumahan selain mudah didapat, bahan bambu dipercaya oleh masyarakat sebagi bahan yang kuat dan awet dengan catataan penggunaan terhindar untuk berhubungan langsung dengan air.
10. Rebung
Bambu dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam bentuk rebung. Jenis-jenis tertentu rebungnya dapat dimakan karena kadar HCN kecil atau sama sekali tidak ada, rasanya memenuhi selera, lunak dan warnanya menarik. Kandungan gijinya cukup memadai sebagai sumber mineral dan vitamin.
11. Bahan Alat Musik Tradisional
Sesuai dengan ketebalan dinding, diameter dan panjang buluh, bambu dapat dibuat alat musik tradisional yang menghasilkan nada dan alunan suara yang khas. Faktor ketepatan memilih jenis dan tingkat pengeringan diperlukan guna memperoleh kualitas yang memadai. Bambu dapat dibuat alat musik tiup, alat musik gesek maupun alat musik pukul. Contoh yang terkenal adalah seruling, angklung, gambang, calung, kentongan, dll. Pembuatan alat musik dari bambu dituntut pengetahuan nada dan ketelatenan penanganan pekerjaan. Misalnya pada pembuatan angklung, bambu dipilih dari jenis bambu tertentu. Bambu temen, bambu hitam, bambu lengka dan bambu tali cocok dipergunakan untuk membuat kerangkanya. Waktu penebangan bambu harus cukup umur (2-3 tahun) tepat waktunya yakni pada musim kemarau. Pengeringan dilakukan dalam
ruang, tidak boleh langsung dengan sinar matahari. Setelah bambu dibentuk, kemudian distem nadanya sebelum dan sesudah dipasang tabung-tabung nadanya.
Dari aspek sosial dan ekonomi, tanaman bambu yang telah merata di daerah-daerah pedesan dan dapat dikatakan merupakan tanaman yang merakyat telah mampu mengangkat perekonomian masyarakat sebagai penghasilan yang utama atau tambahan.
Sebagai tanaman yang merakyat, bambu memiliki status dan nilai sosial yang mendalam maknanya. Beberapa saat yang lalu masyarakat pedesaan di Jawa tengah akan merasa dari kalangan rendah atau miskin jika harus membeli bambu untuk membuat dinding atau pereabotan rumah tangga. Namun di lain pihak masyarakat kalangan menengah ke atas lebih menyukai bambu sebagai suatu produk yang dekat pada alam dan memiliki nilai seni yang tinggi, misalnya meja kursi dan perabotan rumah tangga dari bahan bambu.
Selain itu bagi masyarakat pedesaan rumpun bambu dapat menjadi tabungan, suatu sumber daya penyangga yang dapat diandalkan bila timbul keadaan paceklik, selain rebungnya dapat langsung dimakan, buluh bambu juga dapat diperdagangkan. Di lain pihak kebutuhan akan tempat semakin menekan tempat tumbuh bambu sehingga bambu sedikit demi sedikit terus berkurang.

2.1.4. KEUNGGULAN BAMBU
1. Bambu mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus. Untuk melakukan budidaya bambu, tidak diperlukan investasi yang besar, setelah tanaman sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara menerus tanpa menanam lagi. Budidaya bambu dapat dilakukan sembarang orang, dengan peralatan sederhana dan tidak memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi.
2. Pada masa pertumbuhan, bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm per jam, atau 120 cm per hari. Bambu dapat dimanfaatkan dalam banyak hal. Berbeda dengan pohon kayu hutan yang baru siap ditebang dengan kualitas baik setelah berumur 40-50 tahun, maka bambu dengan kualitas baik dapat diperoleh pada umur 3-5 tahun.
3. Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa. Rumpun bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih dapat bertahan hidup.
4. Bambu mempunyai kekuatan cukup tinggi, kuat tariknya dapat dipersaingkan dengan baja. sekalipun demikian kekuatan bambu yang tinggi ini belum dimanfaatkan dengan baik karena biasanya batang-batang struktur bambu dirangkaikan dengan pasak atau tali yang kekuatannya rendah
5. Bambu berbentuk pipa sehingga momen kelembabannya tinggi, oleh karena itu bambu cukup baik untuk memikul momen lentur. Ditambah dengan sifat bambu yang elastis, struktur bambu mempunyai ketahan yang tinggi baik terhadap angin maupun gempa.

2.1.5. KELEMAHAN BAMBU
Sekalipun bambu memiliki banyak keunggu!an, kiranya perlu juga diingat bahwa upaya menjadikan bambu sebagai pengganti kayu menghadapi beberapa kendala, yaitu :
1. Bambu mempunyai durabilitas yang sangat rendah, bambu sangat potensial untuk diserang kumbang bubuk, sehingga bangunan atau perabot yang terbuat dari bambu tidak awet. Oleh karena itu rangka bangunan dari bambu, yang tidak diawetkan, hanya dipandang sebagai komponen bangunan sementara yang hanya tahan tidak lebih dari 5 tahun. Hal ini merupakan kendala yang sangat serius

karena minat orang pada bambu jadi berkurang. Betapa ganasnya kumbang bubuk ini dapat diberikan contoh kejadian di pabrik angklung Saung Udjo yang berlokasi di Bandung. Perusahaan ini tiap tahun mendatangkan bambu sampai sekitar 12 truk, tetapi hampir 40 persen dari bambu tersebut telah rusak diserang kumbang bubuk sebelum sempat dijadikan angklung. Mengingat produk bambu kini sudah mulai menjadi komoditi ekspor, maka upaya untuk mencegah serangan bubuk perlu memperoleh perhatian secara khusus agar barang-barang yang terbuat dari bambu tidak mengecewakan pemakainya.
2. Kekuatan sambungan bambu yang pada umumnya sangat rendah karena perangkaian batang-batang struktur bambu sering kali dilakukan secara konvensional memakai paku, pasak, atau tali ijuk. Pada perangkaian batang-batang struktur dari bambu yang dilakukan dengan paku atau pasak, maka serat yang sejajar dengan kekuatan geser yang rendah menjadikan bambu mudah pecah karena paku atau pasak. Penyambungan memakai tali sangat tergantung pada keterampilan pelaksana. Kekuatan sambungan hanya didasarkan pada kekuatan gesek antara tali dan bambu atau antara bambu yang satu dengan bambu lainnya Dengan demikian penyambungan bambu secara konvensional kekuatannya rendah, sehingga kekuatan bambu tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada saat tali kendor sebagai akibat kembang susut karena perubahan temperatur, kekuatan gesek itu akan turun, dan bangunan dapat runtuh. Oleh karena itu sambungan bambu yang memakai tali perlu dicek secara berkala, dan tali harus selalu disetel agar tidak kendor.
3. Kelangkaan buku petunjuk perancangan atau standar berkaitan dengan bangunan yang terbuat dari bambu.
4. Sifat bambu yang mudah terbakar. Sekalipun ada cara-cara untuk menjadikan bambu tahan terhadap api, namun biaya yang dikeluarkan relatif cukup mahal.
5. Bersifat sosial berkaitan dengan opini masyarakat yang sering menghubungkan bambu dengan kemiskinan, sehingga orang segan tinggal di rumah bambu karena takut dianggap miskin. Orang baru mau tinggal di rumah bambu jika tidak ada pilihan lain. Untuk mengatasi kendala ini maka perlu dilibatkan arsitek, agar rumah yang dibuat dari bambu terlihat menarik. Upaya ini tampak pada bangunan-bangunan wisata yang berupa bungalo dan rumah makan yang berhasil menarik wisatawan mancanegara.

Jepang dapat dinyatakan sebagai negara yang sudah cukup lama memakai bambu sebagai bahan interior rumah. Interior bambu di Jepang selain tampilannya mewah juga ringan, sehingga cocok bagi Jepang yang sering dilanda gempa.

2.1.6. JENIS BAMBU
Bambu adalah tanaman yang termasuk ordo Gramineae, familia Bambuseae, suatu familia Bamboidae. Berdasarkan pertumbuhannya, bambu dapat dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu bambu simpodial dan bambu monopodial. Bambu simpodial tumbuh dalam bentuk rumpun, setiap rhizome hanya akan menghasilkan satu batang bambu, bambu muda tumbuh mengelilingi bambu yang tua. Bambu simpodial tumbuh di daerah tropis dan subtropis, sehingga hanya jenis ini saja yang dapat dijumpai di Indonesia. Bambu monopodial berkembang dengan rhizome yang menerobos ke berbagai arah di bawah tanah dan muncul ke permukaan tanah sebagai tegakan bambu yang individual.
Bambu dapat tumbuh di lahan sangat kering seperti di kepulauan Nusa Tenggara atau di lahan yang banyak disirami air hujan seperti Parahiyangan (Salim, 1994). Indonesia mempunyai banyak pulau, suku, budaya, dan bahasa, sehingga tidak mengherankan jika bambu di berbagai daerah dikenal dengan berbagai istilah yang berbeda. Menurut Heynea (1950) di Indonesia bambu dikenal dengan istilah-istilah seperti tercantum pada tabel berikut ini. Gambar Perbandingan antara Bambu Monopodial dan Simpodial
Tabel Istilah lokal untuk bambu di berbagai daerah di Indonesia (Heyne, 1950) No.
Daerah
Rama lokal
1
Aceh
trieng
2
Ambon
buluh, ule
3
Bali
ting
4
Banda
buluh
5
Banjarmasin
buluh, haur
6
Batak
aor, bulu
7
Bugis
awo
8
Gayo
oloh, me
9
Halmahera
au, tele
10
Jawa
bambu, deling, pring, jajang
11
Kangean
pereng
12
Lampung
pering, buluh
13
Madura
keles, pereng
14
Makasar
bulo
15
Maluku
buluh, buloh
16
Menado
buluh
17
Minahasa
tambelang, totoden
18
Minangkabau
auwe, bambu, bulueh
19
Nias
hao, lewuo
20
Sangi
bulo
21
Sasak
tereng
22
Seram
teli, teri
23
Sunda
haur, awi
24
Solor
aru, au
25
Ternate
lo, tabadiku

2.1.7. NILAI EKONOMIS BAMBU
Dari segi ekonomis bambu sangat menguntungkan, demikian bambu yang ditanam tumbuh menjadi rumpun, selanjutnya rumpun bambu akan berfungsi sebagai bank. Setiap kali diperlukan, batang bambu dapat ditebang seperti halnya orang mengambil bunga deposito. Lebih dari itu, sekalipun seluruh rumpun ditebang, rumpun
baru dapat tumbuh lagi. Hal ini berarti bahwa sekali tanam bambu, hasilnya dapat diambil terus-menerus.
Permintaan bambu di Indonesia kini semakin meningkat. Kalau dulu orang memakai bambu karena kurang mampu, sekarang sedikit demi sedikit bambu telah bergeser menjadi barang seni yang dibeli karena keindahannya. Perlengkapan rumah seperti meja, kursi, dipan, sekat dari bambu sudah masuk ke hotel-hotel berbintang dan bangunan,-bangunan wisata. Lebih dari itu perabot rumah dari bambu juga mulai menjadi komoditi ekspor. Perajin bambu sudah mulai merasakan kesulitan dalam membeli bambu dengan umur yang cukup, karena budidaya bambu di Indonesia masih sangat langka. Budidaya ini hanya dijumpai di beberapa daerah, antara lain di Bengkulu dan Lampung.

2.1.8. PELUANG BAMBU SEBAGAI PENGGANTI KAYU
Perkembangan jumlah penduduk mengakibatkan naiknya kebutuhan perumahan, yang juga berarti meningkatnya kebutuhan kayu, apalagi kalau dilihat bahwa kayu dalam bentuk kayu lapis juga dipakai sebagai sumber devisa negara. Kebutuhan kayu yang berlebihan akan dapat mangakibatkan penebangan kayu hutan dalam jumlah banyak dan membahayakan kelestarian hutan. Untuk kelestarian hutan, kiranya perlu dicari bahan bangunan lain sebagai pengganti kayu hutan.
Dengan memperhatikan kekuatan bambu yang tinggi, dan bambu dengan kualitas yang baik dapat diperoleh pada umur 3-5 tahun, suatu kurun waktu yang relatif singkat, serta mengingat bahwa bambu mudah ditanam, dan tidak memerlukan perawatan khusus, bahkan sering dijumpai di desa-desa, rumpun bambu yang sudah dibakar pun masih dapat tumbuh Iagi, maka bambu nempunyai peluang yang besar untuk menggantikan kayu yang baru siap ditebang setelah berumur sekitar 50 tahun.

2.1.9. PENGAWETAN BAMBU
Menurut Liese (1980), bambu tanpa pengawetan hanya dapat tahan satu sampai-tiga tahun jika langsung berhubungan dengan tanah dan tidak terlindung terhadap cuaca. Bambu yang terlindung terhadap cuaca dapat tahan empat sampai tujuh tahun. Tetapi untuk lingkungan yang ideal, sebagai rangka, bambu dapat tahan sepuluh sampai 15 tahun.
Upaya pengawetan bambu secara tradisional juga banyak dilakukan dengan merendam bambu di dalam air selama kurun waktu 3-12 bulan. Pada perendaman bambu ini, bambu diberi pemberat agar dapat terendam di dalam air sepenuhnya. Perendaman bambu di dalam air ini juga dapat dilakukan dengan memasukkan bambu ke dalam tangki air yang dibuat dari drum bekas. Sulthoni (1988) menjelaskan bahwa perendaman bambu di dalam air akan mengakibatkan proses biologis yang mengakibatkan terjadinya fermentasi pada pati yang terkandung di dalam bambu, sehingga hasil fermentasi ini dapat larut di dalam air. Dengan demikian perendaman bambu di dalam air dapat menurunkan kadar pati bambu, sehingga bambu tidak diserang kumbang bubuk
Upaya lain untuk membuat bambu lebih tahan terhadap serangan kumbang bubuk adalah dengan memasukkan bahan kimia yang dapat mematikan serangga dan jamur yang menyerang bambu. Dr. Boucherie dari Perancis pada tahun 1838 melakukan pengawetan kayu dengan memasang satu wadah berisi larutan pengawet pada pohon yang masih berdiri atau baru saja dipotong, masih lengkap dengan kulit, cabang-cabang, serta daun-daun. Larutan pengawet itu dimasukkan ke dalam kayu lewat pembuluh aliran sap (air bambu). Penguapan kandungan air melewati daun-daun akan mengakibatkan cairan pengawet terserap naik sampai ke ujung. Cara pengawetan ini tidak mudah pelaksanaannya dan keberhasilannya sulit untuk dikontrol.
Mengingat proses pengawetan sebaiknya dilakukan sedini mungkin setelah bambu ditebang, maka pengawetan ini lebih tepat untuk dilakukan di dekat lokasi penebangan yang biasanya ada di pedesaan dan belum tentu tersedia jaringan listrik. Untuk mengatasi kendala itu, maka cara Boucherie telah dimodifikasi oleh Morisco (1997).

2.1.10. RANGKA ATAP
Struktur rangka atap dari bambu biasa dibuat secara tradisional terdiri atas bubungan,gording dan balok kasau menggunakan alat sambung tali ijuk dan pasak dengan kekuatan rendah. Untuk memperlebar atap maka diperlukan tambahan tiang di tengah. Banyak penelitian dan pengembangan telah dilakukan bahkan kuda-kuda dari bambu yang diperkuat dengan pelat baja dan mengisi sambungan dengan mortar (semen dan pasir) mampu menahan beban sebesar 4 ton. Dibawah ini contoh kuda-kuda bambu dengan bentang 12 m beserta dengan contoh sambungan kuda-kuda yang diperkuat dengan pengisi.
Gambar Kuda-kuda Bambu dengan Bentang 12 m


Gambar Sambungan Bambu dengan Pengisi (Morisco & Marjono (1996))



2.2. KAYU
2.2.1. SIFAT KAYU DAN PERTUMBUHANNYA
Bagian-bagian pohon :
1. Bagian akar, berfungsi :
a. Untuk mengisap air yang mengandung mineral dari tanah ke bagian-bagian pohon yang lain.
b. Untuk menegakkan tanaman pada tempat tumbuhnya sehingga pohon cukup kuat berdiri dan tumbuh serta menahan angin.
2. Bagian batang pokok
Bagian pohon yang dimulai dari pangkal akar sampai ke bagian bebas cabang. Berfungsi untuk melindungi pertumbuhan sel-sel pembentuk pohon, sebagai tempat tumbuhnya cabang, daun dan ranting, sebagai lalu lintas makanan dari akar ke daun serta karbohidrat yang dibentuk daun ke bawah.
3. Bagian Tajuk
Merupakan bagian pemrosesan pertumbuhan yang ditutupi oleh daun yang mengandung clorophil. Proses sintesa yang dibantu oleh sinar matahari memisahkan karbondioksida yang diserap dari udara diubah menjadi zat gula dan karbohidrat lainnya (dengan melepas oksigen) untuk membentuk sel-sel baru bagi pertumbuhannya.

2.2.2. BAGIAN – BAGIAN KAYU
Struktur batang pokok (bagian-bagian kayu)
Bagian batang pokok merupakan bagian pohon yang terpenting yang digunakan untuk konstruksi. Penampang dari sepotong batang pohon terdiri dari :
1. Kulit
Terdapat pada bagian terluar batang pohon. Terdiri dari dua bagian :
a. Kulit bagian luar yang mati, mempunyai ketebalan yang bervariasi menurut Janis pohon, kering dan berwarna tua.
b. Kulit bagian dalam bersifat hidup dan tipis yang bertugas mengangkut getah yang dirubah oleh daun ke bagian pohon yang tumbuh.

Selain itu kulit juga berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian terdalam terhadap pengaruh luar yang merusak seperti iklim, serangga, hama dan kebakaran.
2. Kambium
Merupakan jaringan yang lapisannya tipis dan bening semacam lender yang terdapat diantara kulit dan kayu, melingkari kayu, ke arah luar membentuk kulit baru menggantikan kulit lama yang telah rusak, ke dalam membentuk kayu baru. Dengan adanya cambium, pohon tumbuh besar.
3. Kayu gubal
Bagian kayu yang masih muda terdiri dari sel-sel yang masih hidup, terletak di sebelah dalam kambium yang berfungsi sebagai penyalur cairan dan tempat penimbunan zat-zat makanan. Tebal kayu gubal 1 – 20 cm.
4. Kayu teras
Merupakan jaringan sel yang membentuk kayu keras, yaitu bagian batang yang fungsinya untuk memperkuat batang kayu agar tegar berdiri. Bagian ini merupakan susunan sel kayu yang telah menua, memadat/mengeras, lebih keras daripada sel-sel kayu yang terdapat pada lapisan kayu gubal. Warnanya lebih tua dari kayu gubal. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari kayu sebagai bahan konstruksi bangunan.
5. Hati kayu (pitch)
Merupakan bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran tahun. Biasanya digunakan untuk menentukan jenis suatu pohon. Pada umumnya bersifat rapuh atau lunak untuk beberapa jenis kayu, dan ada yang bersifat keras.

6. Lingkaran tahun
Yaitu batas antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan pada akhir suatu musim. Melalui lingkaran tahun ini dapat diketahui umur suatu pohon.
7. Jari-jari
Sel-sel kayu yang berarah tegak lurus batang mengarah dari kulit ke hati (arah radial) berfungsi sebagai tempat saluran makanan yang mudah diproses di daun untuk pertumbuhan pohon.

2.2.3. JENIS DAN KLASIFIKASI KAYU
Jenis kayu yang digunakan untuk konstruksi bangunan didasrkan atas sifat kayu itu sendiri yang berhubungan dengan pemakaiannya. Berdasarkan pemakaiannya kayu digolongkan menjadi :
a. Kayu dengan tingkat pemakaian I dan II, jenis kayu yang dipakai untuk konstruksi berat, yang selalu terkena pengaruh tanah lembab, terpengaruh basah kering (hujan dan matahari).
b. Tingkat pemakaian III, kayu yang digunakan untuk konstruksi yang terlindung dari tanah lembab (di bawah atap).
c. Tingkat pemakaian IV, kayu yang digunakan untuk konstruksi ringan yang terlindung dari tanah lembab (di bawah atap).
d. Tingkat pemakaian V, kayu yang digunakan untuk konstruksi yang tidak permanen (bangunan sementara).

Berdasarkan tingkat keawetannya (tahan lama), kayu dibedakan menjadi :
Tingkat Keadaan
I
II
III
IV
V
A
8 tahun
5 tahun
3 tahun
Cepat sekali
Cepat sekali
B
20 tahun
15 tahun
10 tahun
Beberapa th
Cepat
C
Tak terbatas
Agak lama
10 - 20 th
20 tahun
20 tahun
Searngan rayap
Tak pernah
Jarang
Agak lekas
Lekas sekali
Lekas sekali
Searngan bubuk
Tak pernah
Tak pernah
Tak pernah
Mungkin
lekas
Keterangan :
a. Selalu terkena tanah dan lembab
b. Hanya terpengaruh oleh hujan , matahari dan terlindung air
c. Berada di bawah atap (terlindung) tidak terkena tanah lembab.

2.2.4. CACAT PADA KAYU
Kerusakan dan cacat pada kayu mengakibatkan kekuatan kayu menurun, harga kayu rendah serat mutu dan nilai pakai kayu menurun. Kerusakan pada kayu meliputi : retak-retak, pecah, belah, serangan jamur dan serangan serangga. Faktor-faktor yang menyebabkan kayu rusak digambarkan pada diagram di bawah ini,
Jenis-jenis cacat pada kayu yaitu :
a.      Cacat mata kayu.
Mata kayu adalah bagian cabang yang berada dalam kayu. Adapun jenis-jenis mata kayu adalah :
·         Mata kayu sehat, yaitu mata kayu yang tidak busuk , berpenampang keras, tumbuh kukuh dan rapat pada kayu.
·         Mata kayu lepas, yaitu mata kayu yang tidak tumbuh rapat pada kayu, biasanya pada proses pengerjaan mata kayu ini lepas dan tidak ada gejala busuk.
·         Mata kayu busuk, yaitu mata kayu yang menunjukkan gejala pembusukan, bagian-bagian kayunya lunak/lapuk.
·         Pengaruh mata kayu, yaitu mengurangi sifat keteguhan kayu, menyulitkan pengerjaan karena penampang mata kayu keras (pada mata kayu sehat), mengurangi keindahan permukaan kayu dan menyebabkan lubangnya lembaran-lembaran finir.
b.      Pecah dan belah.
Perbedaan antara retak, pecah dan belah adalah tergantung pada panjangnya serat yang terpisah. Retak apabila serat-serat yang terpisah memanjang ≤ 2 mm, pecah apabila serat-serat yang terpisah memanjang ≤ 6 mm dan belah apabila serat-serat yang terpisah memanjang > 6 mm. Cacat ini disebabkan karena :
·         Ketidakimbangan arah penyusutan pada waktu kayu kering.
·         Tekanan pada kayu yang terlepas pada waktu kayu ditebang.
Pada waktu penebangan kurang hati-hati sehingga kayu robek atau menimpa benda keras.

Cacat ini mengakibatkan keteguhan tarik dan keteguhan tekan kayu berkurang yang disebabkan karena distribusi tegangan tidak merata pada saat kayu menahan beban, Kuat geser kayu turun yang disebabkan karena adanya pengurangan luas daerah yang menahan geseran.
c.       Pecah busur dan pecah gelang.
Pecah busur yaitu pecah yang mengikuti arah lingkaran tumbuh, bentuknya kurang dari ½ lingkaran. Sedangkan pecah gelang yaitu kelanjutan pecah busur yang kedua ujungnya bertemu membentuk lingkaran penuh. Penyebabnya adalah ketidakseimbangan dalam penyusutan pada waktu kayu mengering, tegangan di dalam kayu tiba-tiba terlepas pada saat penebangan. Pengaruhnya dapat menyebabkan kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser kayu menurun.
d. Hati kayu rapuh
Cacat pada kayu yang dimulai oleh proses pembusukan paling awal pada pusat lingkaran tumbuh kayu bulat. Cacat ini biasanya terjadi pada kayu berdaun lebar yang menyebabkan kekuatan kayu turun dan menyulitkan pada saat proses pembuatan finir.
d.      Jamur penyerang kayu.
Jamur penyerang kayu jenisnya terdiri dari jamur pembusuk kayu, jamur pelapuk kayu dan jamur penyebab noda pada kayu. Cacat ini menyebabkan kayu rapuh sehingga kekuatannya turun kemudian patah secara mendadak bila diberi beban.
e.       Serangga Perusak kayu.
Jenisnya terdiri dari : rayap, kumbang kayu dan bubuk kayu. Cacatnya berupa lubang pada kayu yang menyebabkan kekuatan kayu turun dan mengurangi keindahan permukaan kayu.
f. Lubang gerek dan lubang cacing laut.
Lubang yang disebabkan oleh serangga penggerek atau cacing laut. Pada umumnya menyerang kayu yang baru ditebang dan pada pohon yang masih tegak berdiri.

2.2.5. PENGAWETAN KAYU
Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor perusak kayu yang dating dari luar tubuh kayu itu sendiri. Keawetan kayu diselidiki pada bagian kayu terasnya. Pemakaian kayu akan menentukan umur keawetannya. Beberapa alasan dilakukan pengawetan kayu, yaitu :
·         Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi jumlahnya sangat sedikit sehingga menyebabkan harga kayu menjadi mahal.
·         Kayu dengan kelas keawetan III sampai dengan V jumlahnya cukup banyak, mudah didapat, harganmya murah dan mempunyai segi keindahan cukup tinggi. Hanya saja keawetannya kurang. Oleh karena itu lebih efisien apabila diawetkan terlebih dahulu.
·         Dengan pengawetan kayu, secara financial lebih menguntungkan.

Adapun tujuan pengawetan kayu adalah :
·         Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang semula memiliki umur pakai pendek menjadi lebih panjang di dalam pemakaiannya.
·         Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu berkelas keawetan rendah.

·         Dengan adanya industri pengawetan kayu dapat membuka lapangan kerja baru.
Bahan Pengawet Kayu
Syarat-syarat bahan pengawet kayu, yaitu :
·         Bersifat racun terhadap perusak kayu.
·         Mudah masuk dan tetap berada di dalam kayu.
·         Tidak mudah luntur.
·         Bersifat toleran terhadap bahan lain seperti : logam, perekat dan cat/finishing.
·         Tidak mempengaruhi kembang susut kayu.
·         Tidak mudah terbakar.
·         Tidak berbahaya bagi manusia.
·         Mudah dikerjakan, diangkut, mudah didapat dan murah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat memilih bahan pengawet, yaitu :
·         Dimana kayu itu akan dipakai setelah diawetkan.
·         Mahluk atau jenis perusak kayu yang terdapat di temapt tersebut.
·         Syarat-syarat kesehatan.

Jenis-jenis bahan pengawet kayu, yaitu :
a. Bahan pengawet larut dalam air
Jenis bahan pengawet kayu yang menggunakan air sebagai bahan pengencer. Adapun sifat dari bahan pengawet jenis ini adalah :

Dijual dalam bentuk garam, larutan pekat dan tepung.
·         Tidak mengotori kayu.
·         Kayu yang sudah diawetkan dapat difinishing setelah dikeringkan.
·         Retensi dan penetrasi bahan pengawet cukup tinggi masuk ke dalam kayu.
·         Penggunaannya mudah.
·         Mudah luntur.
Jenis ini baik digunakan untuk kayu yang digunakan di bawah atap. Contoh bahan yang termasuk jenis pengawet ini adalah : tanalith C, celcure, boliden, greensalt, superwolman, borax, asam borat, dll. Konsentrasi larutan 5 – 10 %.


b. Bahan pengawet larut minyak. Sifat-sifat umum jenis pengawet kayu ini adalah :
·         Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk (tepung). Bila akan digunakan dilarutkan dulu dalam minyak seperti solar, minyak diesel, dll.
·         Bersifat menolak air dan daya lunturnya rendah.
·         Daya cegah terhadap perusak kayu cukup baik.
·         Memiliki bau tidak enak dan alergis.
·         Warnanya gelap sehingga kayu yang diawetkan menjadi kotor.
·         Sulit difinishing.
·         Penetrasi dan retensi agak kurang disebabkan tidak adanya toleransi antara minyak dan kadar air pada kayu.
·         Mudah terbakar.
Nama-nama bahan dalam perdagangan yang termasuk dalam jenis pengawet kayu ini adalah : pentha chlor phenol (PCP), rentokil, Cu-Napthenate, tributyltin-oxide, dowicide, restol, anticelbol, cuprinol, solignum, xylaman, brunophen, pendrex, dieldrien dan aldrin.
c. Bahan Pengawet berupa minyak.
Jenis bahan pengawet ini jarang digunakan. Sifatnya sama dengan bahan pengawet larut minyak. Nama-nama dalam perdagangan adalah : creosot, carboleneum, ter kayu, napthaline, dll.


2.2.6. SPESIFIKASI/STANDAR KAYU BANGUNAN
Standar/peraturan kayu untuk konstruksi di Indonesia pertama kali adalah Peraturan konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) yang disusun pada tahun 1961. Peraturan/standar ini disusun berdasarkan sifat mekanis dan berat jenis kayu. Peraturan ini disempurnakan pada tahun 2000. Selain itu pada tahun 1980 juga disusun Standar Kayu Bangunan yang diterbitkan oleh Departemen Perindustrian. Di dalam standar ini tercakup mengenai ukuran kayu perdagangan. Kedua standar ini masih perlu penyempurnaan cara penerapannya di lapangan.


2.2.7. SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU
Semua kayu memiliki sifat fisik, mekanik dan sifat kimia yang berbeda antara satu dengan yang lain. Secara umum kayu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Semua pohon mempunyai pengaturan ank era dan sifat simetri radial.
b. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa, hemisellulosa (ank e karbohidrat) dan lignin (non karbohidrat).
c. Semua kayu memiliki sifat ank erasc, yaitu memperlihatkan sifat-sifat berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan radial).
d. Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara di sekitarnya.
e. Kayu dapat diserang mahluk hidup perusak kayu dan dapat terbakar.
Adapun sifat-sifat Fisik Kayu, yaitu :
3..                Berat Jenis
Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, antara 0,2 (kayu balsa) sampai 1,28 (kayu nani). Berat jenis merupkan petunjuk untuk menentukan sifat-sifat
kayu. Makin berat kayu itu, kekuatan kayu makin besar. Makin ringan kayu itu, kekuatannya juga makin kecil. Berat jenis tergantung oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori.
b. Keawetan alami kayu. Keawetan alami kayu berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Keawetan kayu disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian ank e racun bagi perusak kayu.
c. Warna kayu. Warna suatu jenis kayu dipengaruhi oleh : tempat di dalam batang, umur pohon dan kelembaban udara.
d. Higroskopik, yaitu sifat dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban. Makin lembab udara sekitar, kayu juga semakin lembab. Masuknya air ke dalam kayu menyebabkan berat kayu bertambah. Sifat ini berhubungan dengan sifat mengembang dan menyusut kayu.
e. Tekstur kayu yaitu ukuran ank era dari sel-sel kayu. Menurut teksturnya, kayu dibedakan menjadi :
·         Kayu bertekstur halus, contohnya kayu giam, lara, kulim, dll.
·         Kayu bertekstur sedang, contohnya kayu jati, sonokeling, dll.
·         Kayu bertekstur kasar, contohnya kayu kempas, meranti, dll.
3..                Berat kayu. Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air dan zat ekstraktif. Berat suatu kayu tergantung dari berat jenisnya.

g. Kekerasan. Kekerasan kayu berhubungan dengan berat dan berat jenis kayu. Contoh kayu yang sangat keras : balau, giam, kayu besi, dll. Kayu keras, yaitu kulim, pilang, dll. Kayu sedang, yaitu : mahoni, meranti, dll. Kayu lunak, yaitu : pinus, balsa, dll.
h. Kepadatan/kerapatan kayu, yaitu perbandingan antara berat kering oven dengan isi (volume) dari sepotong kayu. Kepadatan kayu mempengaruhi kekuatan kayu. Kepadatan kayu tergantung dari banyaknya dinding sel pada tiap satuan isi. Makin banyak selnya, dinding selnya banyak sehingga kepadatannya tinggi maka kekuatannya juga tinggi. Contoh : kayu gubal susunan selnya masih renggang sehingga kekuatannya lebih rendah dibandingkan kayu teras.
i. Sifat mengembang dan menyusut. Kayu akan mengembang bila kadar airnya naik dan menyusut bila kadar airnya berkurang. Besarnya pengembangan dan penyusutan tidak sama pada semua arah. Rata-rata besarnya pengembangan dan penyusutan pada arah tangensial : 4-14%, arah radial : 2 – 8 %, arah axial : 0,1 – 0,2 %.
Sifat mekanik Kayu Sifat mekanik kayu yaitu kemampuan kayu untuk menahan beban yang berasal dari luar. Yang mempengaruhi sifat mekanik kayu yaitu :
a. Faktor luar, terdiri dari pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur dan serangga perusak kayu.
b. Faktor internal, terdiri dari : berat jenis kayu, kadar air, cacat mata kayu dn penyimpangan arah serat kayu.
Sifat mekanik kayu meliputi :
a. Kuat tarik, yaitu kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu itu. Kuat tarik kayu sejajar serat lebih besar dibandingkan kuat tarik tegak lurus serat.
b. Kuat tekan, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban tekan. Kuat tekan sejajar serat biasanya lebih besar dari kuat tekan tegak lurus serat.
c. Kuat geser, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban geser. Kuat geser sejajar serat biasanya lebih kecil dari kuat geser tegak lurus serat.
d. Kuat Lentur, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban lentur.
e. Kuat belah, yaitu kemampuan kayu dalam menahan beban yang berusaha membelah kayu.
Kayu Buatan Kayu buatan adalah kayu yang bentuk dan sifatnya tidak seperti kayu yang berasal dari alam, tetapi sudah diolah di pabrik baik secara manual maupun dengan mesin. Kayu buatan terdiri dari kayu lapis (plywood), papan partikel, papan kayu semen dan papan serat (fibre board).
3..                Kayu Lapis (plywood) Kayu lapis merupakan panel (papan) yang terbuat dari lembaran-lembaran kayu (lapisan ank e) yang direkatkan menyatu sampai mencapai ketebalan tertentu. Cara pembuatan kayu lapis, terdiri dari :
Pembuatan ank e, pembuatan ank e dilakukan dengan cara mengupas balok kayu dengan mesin dengan ketebalan 1/7 – 1/20 inchi. Vineer yang sudah dikupas dikeringkan dengan coveyor drier sampai mencapai kadar air 12 % – 15 %. Vineer yang sudah dikeringkan dipotong sesuai dengan ukuran kayu lapis yang akan dibuat.
Pemberian perekat. Pemberian perekat pada lembaran ank e dilakukan dengan menggunakan alat berbentuk rol. Perekat yang digunakan biasanya perekat urea formaldehida, casein dan phenol formaldehida. Biasanya tiap 1 kg perekat dapat melumasi permukaan ank e 5 m2 – 6 m2.
Penyusunan ank e. Lembaran ank e yang sudah diberi perekat kemudian disusun saling silang menyilang dan disusun dengan jumlah ganjil. Tujuannya adalah agar didapatkan kayu lapis yang memiliki sifat jauh lebih baik dari kayu aslinya, seperti tahan susut, tidak mudah pecah dan memiliki kuat tarik tinggi. Penyusunan ank e membutuhkan waktu ± 15 menit.
Pengepresan. Lembaran ank e yang sudah disusun kemudian dipres dengan menggunakan mesin pres panas dengan tekanan 7 – 14 kg/cm2 pada suhu 150ºC.
Finishing. Kayu lapis yang sudah dipres dan didinginkan, dipotong sisi-sisinya sesuai dengan ukuran di perdagangan.
b. Papan Kayu Semen (Yumen) Papan buatan yang terbuat dari serutan/limbah kayu dicampur dengan semen kemudian dicetak dan dipres dingin. Sebelum kayu digunakan, kadar pati dalam kayu dihilangkan terlebih dahulu karena akan menghambat pengikatan semen, dilakukan dengan cara merendam kayu dalam larutan kapur. Kelebihan yumen ini adalah tahan api/tidak mudah terbakar, mudah dipaku dan dibentuk, memiliki daya sekat panas dan suara yang baik. Yumen ini biasanya dibuat dengan ketebalan 15 mm – 100 mm dengan lebar 500 mm dan panjang 2000 mm. Adapun standar Yumen menurut standar Jerman (DIN 1101) adalah sebagai berikut :
·         Memiliki berat antara 8,5 – 36 kg/cm2.
·         Berat Isi 360 kg/m3 sampai dengan 570 kg/m3.
·         Kuat lentur minimum 17 kg/cm2
·         Untuk ketebalan di atas 25 mm, bila diberi tekanan 3 kg/cm2 pengurangan tebalnya maksimum 20 %.
·         Memiliki daya sekat panas maksimum 0,08 k cal/m.h.ºC.
c. Papan Partikel Papan yang terbuat dari partikel kayu dan perekat yang biasanya berupa perekat urea formaldehida atau phenol formaldehida, kemudian dipres panas. Papan partikel ini memiliki sifat mudah terbakar, kuat lentur cukup tinggi, kekuatannya seragam, mudah digergaji dan dipaku, permukaannya licin ank eras. Bila perekat yang digunakan tidak tahan terhadap pengaruh air maka papan partikel yang dihasilkan pengembangan tebalnya tinggi dan daya serap airnya juga tinggi. Oleh karena itu sebaiknya papan ini digunakan di tempat-tempat terlindung. Ketebalan partikel antara 9 mm – 40 mm dengan lebar 1200 mm dan panjang 2400 mm. d. Papan serat (fibre board)
Papan serat terbuat dari serat kayu (bubur kayu) yang dicampur perekat urea formaldehida atau phenol formaldehida kemudian dipres panas. Jenis papan serat terdiri dari soft board, digunakan sebagai peredam suara dan hardboard. Biasanya diproduksi dengan ketebalan 3 mm – 6 mm.



















BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Teknologi pengolahan dan pemanfatan bambu yang berkembang di masyarakat saat ini telah mampu menjalankan roda perekonomian masyarakat pedesaan. Pada umumnya industri bambu mempunyai skala kapasitas produksi kecil sehingga dapat dikatakan sebagai industri rumah tangga. Namun di lain pihak industri kecil seperti inilah yang mampu bertahan dalam kondisi ekonomi Indonesia yang lagi krisis sekarang ini.
Kegunaan dan pemanfaatan bambu masih sangat luas untuk dikembangkan, memungkinkan pengembangan lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan lain bagi rumah tangga.

3.2. SARAN
Di masa yang akan datang, dibutuhkan suatu bahan bangunan yang ramah lingkungan. Hal tersebut terjadi karena untuk mengurangi efek rumah kaca ( global warming ). Oleh karena itu, penggunaan bambu mungkin lebih tepat dari pada harus menggunakan kayu.


















DAFTAR PUSTAKA

British Standard, Code of Practice 112 (1971)
Indian Standard 6874 (1973), Methods of Tests for Round Bamboos
Internasional Standard ISO 2394 (1973), General Principles for the Vefication of the safety of structures
Prof. Ir. W. Huisman & Prof. Ir. PC, Kreijger (1981), Bamboo in Building Strutures


Tidak ada komentar:

Posting Komentar